Banyak hikmah atau pelajaran yang kita petik dari datangnya bulan Ramadan. Baik hikmah dan manfaat di dunia maupun iming-iming pahala di akhirat kelak. Terkait perkara ini, para ustadz telah melontarkan ribuan ceramah yang kerap diulang-ulang. Karena seringnya mungkin banyak kita yang lupa tentang pelajaran apa yang akan kita dapat dan untuk apa kita melaksanakan kewajiban puasa Ramadan.
Salah-satu yang kita peroleh dari puasa di bulan Ramadan adalah kedisplinan. Siapapun orangnya, jam berapapun ia sahur sebelum imsyak, ia tetap harus buka puasa pada saat yang sama. Tak ada alasan baginya mengundur atau memajukan berbuka karena lebih awal atau telat sahur.
Hal itulah yang seharusnya kita terapkan dalam seluruh sendi kehidupan. Tanpa kedisiplinan, pasti sulit meraih apa yang kita impikan. Sebab hidup ini boleh dibilang adalah perhitungan. Hampir tak ada sesuatupun di jagad raya ini yang lepas dari perhitungan. Ketika kita tak memperhitungkan sesuatupun merupakan perhitungan tersendiri. Contoh jelasnya, bagaimana kondisi kita beberapa tahun ke depan bisa diprediksi dari apa yang kita lakukan hari ini.
Di sisi lain, puasa juga menyadarkan bahwa kita sering merisaukan hal-hal yang sesungguhnya tak perlu dipusingkan. Misalnya makan siang seolah menjadi kegiatan wajib sehari-hari. Tapi ternyata puasa membuktikan, tanpa makan siang pun kita tetap bertahan dan mampu mengerjakan aktivitas sehari-hari.
Contoh lainnya ialah para perokok atau orang yang hobi ngemil, yang pada hari-hari biasa merasa tak bisa melepas kebiasaan itu. Biasanya orang macam ini menganggap, tanpa merokok dan ngemil mereka tak bisa tenang dan sebagainya. Datangnya Ramadan membuktikan, anggapan itu salah. Setiap orang yang berniat puasa nyatanya mampu meninggalkan kebiasaan yang telah bercokol dalam diri selama bertahun-tahun itu.
Kenyataan di atas menegaskan, kita mampu menjadi seperti apa yang kita mau. Dengan kedisiplinan sebagaimana dalam waktu puasa, kita pasti berhasil mengejar impian. Ketidakmampuan atau ketergantungan pada sesuatu, semisal harus merokok atau ngemil, hanyalah kewajiban-kewajiban semu yang kita buat sendiri. Tanpa sadar, kita telah membuat aturan-aturan yang memenjara hidup kita.
Bulan Ramadan mengingatkan bahwa kita adalah apa yang kita pikirkan. Kita sedih karena kita berfikir untuk sedih, kita tak mampu karena kita berfikir seperti itu, sebaliknya dan sebagainya.
Semoga puasa tahun ini mengembalikan kita sebagai mahluk terbaik ciptaan Allah swt. Menjadi manusia kuat yang tak dikendalikan oleh sarana dan keperluan yang kita miliki. Tetap makan tanpa menghamba pada makanan, ngemil tanpa diperbudak oleh cemilan dan seterusnya. Semakin disiplin dan meningkatkan produktifitas diri, yang dapat memicu produktifitas orang lain.