Selasa, 19 September 2017

Angka-angka itu datang lagi

Menghantui. Angka-angka itu datang menerorku lagi. Mereka datang detik demi detik tanpa dapat aku hindari. Tulisan ini adalah upayaku menghindar dari angka-angka kembar tersebut. Hari ini selama tiga jam kurang lebih sudah lima kali aku disambanginya.
Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku juga tak tahu itu pertanda apa. Pasrah. Tak ada yang bisa kulakukan. Seharusnya selesai dengan pasrah. Tapi ketakutan dan kekhawatiran terus merongrong hati dan pikiran.
Tak ada saran tak ada tempat tak ada teman yang bisa diajak untuk berbagi. Hanya kepasrahan pada Tuhan. Tapi raga, pikiran, hatiku entah kenapa memberontak. Apakah mereka telah berkhianat. Kalau mereka berkhianat, aku apakan sebaiknya mereka? Aku penjarakan? Aku siksa? Itu artinya juga sama saja memenjarakan dan menyiksa diriku sendiri.
Putus asa. Sepertinya hanya frasa itu yang pas untuk menggambarkan kondisi saat ini. Bunuh diri tak mudah. Banyak aspek yang menghalangi, banyak tahap yang harus dilewati, banyak pihak yang harus dilibatkan. Takutkah kau membaca tulisan ini?

Tulisan ini adalah tulisan frustasi. Tulisan yang bisa dijadikan bahan ghibah bagi kalian yang mengenalku, si penulis tulisan ini. Tapi, apa kau benar-benar mengenal penulis tulisan ini? Terserah kalau masih mau ghibah, karena hanya itu yang bisa kau lakukan. Aku juga pernah berada di posisimu, mungkin. 

Kamis, 14 September 2017

Hidangan di Atas Medsos


Saya tahu apa yang di benak para pengunggah makanan yang mereka santap bersama teman, orang tercinta atau pun sekadar sendiri. Mereka sedang berbahagia dan sebagaimana perasaan lainnya, ingin diungkapkan dan dibagikan. Karena seperti kutipan dalam film “Into The Wild” kebahagiaan hanya nyata bila dibagikan.
Saya mungkin sakit hati. Setidaknya itu yang saya rasakan dan tidak dapat saya sembunyikan. Sakit hati memang tidak rasional. Entah karena iri atau karena memang sedang tak bisa seperti mereka yang membagikan foto-foto kelezatan makanan di media sosial. Pastinya, saat ini, saya sedang tidak bisa seperti mereka. Saya sedang lapar dan kelaparan. Melihat foto-foto makanan, sekalipun itu hidangan sederhana, rasanya seperti tambah mengaduk-aduk dan mengiris-iris isi perut.
Seperti mereka yang ingin membagikan perasaan bahagia atas hidangan dari Tuhan, saya juga tak tahan untuk membagikan perasaan kepedihan yang terus menggumpal dalam perut, hati dan pikiran.
Saya ingin memanipulasi perasaan setidaknya memolesnya dalam bentuk cerita fiksi, esai, atau semacamnya. Tapi mungkin terlalu perih ya isi perut. Terlalu asam mulut karena hanya diisi oleh asap tembakau dan secangkir kopi.
Apapun yang terjadi, saya mesti bersyukur karena masih bisa menyeruput kopi dan menghisap nikotin sebagai penahan lilitan perut ini.

Ini merupakan kemarahan, yang sebenarnya saya tujukan untuk diri sendiri. Saya tak sedang ingin dikasihani atau mengutuki diri sendiri dan orang lain. Tidak. Karena semua itu jelas percuma. Saya juga tidak berharap ada yang membaca tulisan ini. Tapi tetap saja ada orang yang tersesat membuka, membaca, dan bahkan ikut merasakan derita gara-gara membaca tulisan ini. silakan saja. Nikmati saja. Semoga kau tak mengutuki nasibmu.
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html