BBM semalam pesan spontan. Sebuah pertanyaan yang tiba-tiba
muncul di pikiran dan ingin aku sampaikan seketika kepadamu via BBM. Ketika
mengetiknya, aku juga diusik oleh rasa cemburu. Sebuah rasa yang keliru. Tidak
tepat, karena kau sudah lama bukan milikku.
Lebih kurangnya empat setengah tahun kau menyudahi hubungan kita dengan cara yang rumit. Aku membalasnya dengan kesal dan kejam. Bayangkan sendiri seperti apa kekesalan dan kekejaman atas cara rumitmu memutuskanku. Biarlah. Biar sama-sama sakit. Inilah kalimat yang menjadi saran dari seorang teman ketika mendengar kisahku.
Tapi malam tadi, aku mendadak khawatir, jangan-jangan saat ini kau dekat dengan temanku yang memberi saran itu. Ini bukan tanpa alasan. Kesibukanmu sebagai penjual dan penyuplai alat-alat out door itu aku tahu berkaitan dengan orang-orang yang kerap nongkrong dengan temanku tadi. Apalagi, teman itu juga berzodiak sama denganku. Scorpio. Sementara kau Cancer. Aku tahu, kedua bintang ini sangat cocok menali jalinan, entah dalam kadar seksualitas atau yang lebih dalam. Kemudian, menimbang tabiat, sifat dan tempat atau lokasi aktivitas antara kau dan temanku, aku jadi takut kalian saling akrab dan, ah tidak. Aku berat mengatakannya.
Sekarang sudah sore. Matahari tak lagi garang panasnya. Belum satu pun bunyi pesan BBM kudengar di telinga. Aku juga enggan menengok ponselku, sekadar memastikan status pesan BBM-ku sudah R atau masih D. Aku berusaha tak peduli. Itulah yang semestinya aku sikapkan. Untuk apa aku peduli? Kau pun akan lebih senang aku cuek. Perhatianku terhadapmu malah bikin risih.
Aku ingin menunggu ada pesan lain yang masuk. Sehingga niatku membuka password ponselku bukan langsung untuk mengetahui R atau D.
Sudah pukul 15.30, tak ada juga pesan masuk. Alhamdulillah masih D. Mungkin kau sengaja tak membukanya, karena kalimatku hanya satu baris. Tak perlu diklik juga sudah terbaca. “Chol, kamu sudah tidak (kerja) di Kuin ya?”
Lebih kurangnya empat setengah tahun kau menyudahi hubungan kita dengan cara yang rumit. Aku membalasnya dengan kesal dan kejam. Bayangkan sendiri seperti apa kekesalan dan kekejaman atas cara rumitmu memutuskanku. Biarlah. Biar sama-sama sakit. Inilah kalimat yang menjadi saran dari seorang teman ketika mendengar kisahku.
Tapi malam tadi, aku mendadak khawatir, jangan-jangan saat ini kau dekat dengan temanku yang memberi saran itu. Ini bukan tanpa alasan. Kesibukanmu sebagai penjual dan penyuplai alat-alat out door itu aku tahu berkaitan dengan orang-orang yang kerap nongkrong dengan temanku tadi. Apalagi, teman itu juga berzodiak sama denganku. Scorpio. Sementara kau Cancer. Aku tahu, kedua bintang ini sangat cocok menali jalinan, entah dalam kadar seksualitas atau yang lebih dalam. Kemudian, menimbang tabiat, sifat dan tempat atau lokasi aktivitas antara kau dan temanku, aku jadi takut kalian saling akrab dan, ah tidak. Aku berat mengatakannya.
Sekarang sudah sore. Matahari tak lagi garang panasnya. Belum satu pun bunyi pesan BBM kudengar di telinga. Aku juga enggan menengok ponselku, sekadar memastikan status pesan BBM-ku sudah R atau masih D. Aku berusaha tak peduli. Itulah yang semestinya aku sikapkan. Untuk apa aku peduli? Kau pun akan lebih senang aku cuek. Perhatianku terhadapmu malah bikin risih.
Aku ingin menunggu ada pesan lain yang masuk. Sehingga niatku membuka password ponselku bukan langsung untuk mengetahui R atau D.
Sudah pukul 15.30, tak ada juga pesan masuk. Alhamdulillah masih D. Mungkin kau sengaja tak membukanya, karena kalimatku hanya satu baris. Tak perlu diklik juga sudah terbaca. “Chol, kamu sudah tidak (kerja) di Kuin ya?”
Kosan Transisi, 31
Agustus 2014, 15.31