Kita mungkin pernah satu frekwensi
Dikangkangi dunia yang penuh kemunafikan dan ketidakadilan
membuat kita berpikiran sama
bahwa hidup adalah menyakiti atau disakiti
Setelah menggulung beberapa lipatan
Kita bertemu pada titik
saling menginginkan, saling melengkapi, menyayangi,
membutuhkan
sama-sama merasakan.
Logika ditikam atau menikam pun buyar
Kita bukan dua kutub berlawanan
Kita adalah satu berlayar menuju
Ketika satu di antara berubah haluan
bukan satu bahagia dan derita yang lain kesepian
Takdir kita tetap sama-sama
saling mencintai atau saling tersakiti
Purnawarman, Legoso, 15 Oktober 2015
0 komentar:
Posting Komentar