-->
Minggu siang [29/8/2010], aku sendiri tak ada kerjaan. Tak ada kawan yang datang. Menanti waktu berbuka di kamar tercinta.
Aku lupa pemicunya apa, tiba-tiba ingin menyebarkan semangat Yapentush ke semua kawan di HP. Kebetulan provider nomor selulerku memberi bonus 100 sms ke semua operator. Akhirnya buru-buru kurangkai kata.
“Indonesia membutuhkan pemikir yang paham bangsa sendiri. Perubahan selalu bertolak dari pemikiran. Jangan selamanya mau jadi konsumen dan didikte oleh pemikiran bangsa asing. Salam YAPENTUSH”
Beberapa balasan masuk ke inbox HP-ku. Ada yang memforward tulisan tadi, ada yang bertanya ‘sapa nih?’ karena kebetulan nomorku terhitung belum lama ganti. Sehingga wajar jika ada yang belum tahu nomorku.
Selain itu terdapat balasan berindikasi tawa ‘hehe’, ada pula yang bernada semangat seperti kata ‘siap!’. Dan satu yang beda adalah jawaban dari Husni, alumni jurusanku, Aqidah Filsafat UIN Jakarta. Dia membalas smsku dengan sebuah tanya,
“Di bawah langit ini siapa sih yang luput dari cahaya matahari?”
Ini balasan yang paling berkesan, karena paling beda dari lainnya. Dan memang, sebelumnya aku sempat ragu untuk mengirim pesan singkatku padanya.
Aku tak langsung membalas sms-nya. Memori HP-ku yang jadul, Nokia 3315 tak cukup menyimpan banyak pesan. Aku sibuk menghapus laporan di inbox.
Setelah laporan-laporan di inbox-ku reda, seketika timbul kata dalam otakku, sebuah jawaban untuk Husni. Mungkin kurang tepat bagi kalian atau juga Husni. Tapi bagiku, hingga tulisan ini kuketik pukul 00.42, jawabanku masih pas. Oke, biar jelas kutulis ulang sms tanya Husni yang merupakan respon dari sms yang kusebarkan.
“Di bawah langit ini siapa sih yang luput dari cahaya matahari?”
Jawabku adalah:
“Malam”
[Tulisan ini selesai diketik, Senin, 30-8-2010 Dini Hari]
0 komentar:
Posting Komentar