Jumat, 18 Mei 2012

Pagi yang tak ku harapkan

Bayang-bayang hitam teralis pada lembar kain yang menutup rapat jendala kaca kamarku jelas condong ke barat. Hari selasa masih muda. Mobil dan motor nyaring di telinga. Kamarku berposisi tepat di belokan sebuah gang,10m dari jalan raya.
Sejak memutuskan untuk mengakhiri semua, ini adalah pagi kesekian kalinya yang ku jumpa. Pagi yang dulu teramat sulit aku temui. Apakah berarti semua setan dan iblis telah pergi? Cuma lantaran aku memutuskan tujuan akhir hidupku dengan bunuh diri?
Entahlah. Tujuh tahun lalu, ketika sedang getol-gotolnya mengejar fajar, demi duduk di bangku kuliah tepat waktu, aku kesulitan tidur malam. Seperti ada yang menarik-narik pikiran. Melayang, mengawang, penuh dengan keresahan. Akibatnya mataku tak bisa terpejam hingga lantang suara adzan berdatangan dari segala penjuru. Dan aku kelabakan. Kuliahku berantakan. Terus menerus berulang.
Kalau tidak begitu, kesehatanku rentan terganggu. Entah perut, entah kepala, entah paru-paru, demam berdarah, liver, typus, dan segala macam penyakit menghadang siang. Tubuhku penuh kelemasan. Semua itu memaksaku untuk berikhtiar ketat menjaga pola makan, berjuang keras menghindari hal-hal yang membahayakan kesehatan. Caranya macam-macam. Sesempatnya aku joging, olahraga, minum vitamin, pakai lotion anti nyamuk DBD, banyak minum air putih, memaskeri hidung dari asap-asap komplek kehidupan, dan sebagainya.
Ah, tapi musibah datang dari mana saja. Selalu ku syukuri masa sembuh dari penyakit yang beberapa kali nyaris membunuhku. Hingga saat ini, ku sesali semua usaha penyembuhan itu. Menyesal karena tak memanfaatkan penyakit-penyakit ganas menjemput ajalku. Dengan begitu aku bisa mati normal, bukan bunuh diri.
Sekarang, aku tak tahu kemana perginya semua penyakit yang mengelukan itu. Setelah banyak cita dan harapan ku tanggalkan, mengabaikan segala prosedur hidup sehat, berharap sekarat datang, tapi malah sebaliknya yang ku dapat. Aku baik-baik saja. Tak ada lemas, tak ada nyeri di perut, kepala, dada, dan seluruh anggota badan. Kepala yang selalu berkeringat pertanda gejala sakit jantung, kini kerontang. Racun yang ku minum dan ku makan berubah kecing dan berak belaka. Di mana perahu-perahu yang bisa mengantarku ke pulau baka itu?
Malah pagi yang ku jumpa. Pagi yang bising. Klakson di jalan memekikkan kebenaran masing-masing. Mereka bilang pergi karena uang, pulang karena cinta. Ah bullshit…!!! Kalau ku tanya, untuk apa mereka bergelut dan memutari semua? Untuk apa mereka hidup dan memabrikkan manusia? Tak ada jawabannya.
Lalu mereka balik tanya, mengapa aku tak ingin hidup? Membuang asa? Mengharap-harap alam baka segera menyapa? Jawabku, mengapa tidak? Dan mereka pun menilai dan memandangku sebagai penyakit. Padahal mata mereka sakit. Hidup untuk pengulangan, sok tahu perihal kematian.
Atau aku yang memang tak tahu apa itu tujuan? Mungkin tak tahu bagaimana cara berjalan? Kaki-kaki jiwaku lumpuh, sebab tiada dataran keras pijakan. Hanya orang tolol yang mau menolongku. Mengangkatku dari lumpur dengan resiko tenggelam bersama.
Kalau sekadar kata-kata mutiara, seperti super mario bross itu aku pun punya. Tak ingatkah kau, berapa orang yang meminta saranku, dan mereka menjalankannya, mengamininya, dan hidup lebih berharga, setidakknya menurut masyarakat yang gila dan kaku. Yang dengan struktur, aturan, dan kotak-kotaknya melelehkan Sang Aku. Fuck, soceity, crazy ending.
Apa? Kau  mau tanya, kenapa aku tidak menjalankan kata-kataku? Lihat, kakiku! Kaki jiwaku! Mana?! Dan kau hanya mengumpatku. Apa yang bisa kau tawarkan agar aku tetap memilih hidup dan membuang jauh-jauh asa akan kematian? Kau ingin menjadikanku tuan? Atau menawariku jadi budakmu? Jadi kawanmu? Itu saja? Aah, aku juga punya. Aku punya tuan, aku juga punya budak. Kawan? Apalagi..
Nah, sekarang kau mencoba membohongiku. Kau bilang, aku, kau, dan mereka, kita semua pernah punya perjanjian dengan tuhan untuk tunduk dan menjadikan ia sebagai tujuan? Perjanjian yang mana? Kapan? Aku benar-benar tak ingat. Sama-sekali. Aku yakin kau juga. Cuma karena ketakutan pada bayangan neraka dan mengharap bayangan surga itu kau paksa akal dan hatimu untuk percaya. Ah, seperti anak kecil saja kau, mengharap hadiah dan takut siksa.
Eh, tapi sebentar. Perjanjian itu adalah hukum. Ada aturannya. Aku benar-benar tak ingat kapan, dimana, bagaimana kondisinya, siapa saksinya, dan segala macam yang terkait dengan perjanjian itu. Apakah aku berdosa dan bodoh? Aku benar-benar tak ingat. Lalu tiba-tiba saja kau menyodorkan sebuah kisah, yang asing bagiku. Mana tanda tanganku di situ? Mana bukti kesepakatan antara aku dan tuhan?
Oke, kalau memang hidup ini tujuannya untuk tuhan, mengapa aku tak boleh segara mengakhiri kefanaan ini? Hidup kan fana? Dan hidup itu bukan tuhan? Iya toh? Kalau hidup itu bagian dari tuhan, maka orang-orang yang mengakhiri hidupnya itu berarti mengakhiri tuhan? Bukan?
Aku tahu, kau sedang ketakutan. Takut siksa neraka. Dan benakmu, memohon ampun tuhan berulang-ulang. Hanya lantaran membaca tulisan ini sampai di sini. Baiklah aku maafkan. Nah, mau lanjut?
Sudahlah, banyak cara menggapai kebenaran. Ada yang berjalan, berlari, atau melompat. Biarkan aku melompat. Kalau tak sampai ya nggak apa-apa. Toh, di manapun aku berada nggak akan lepas dari tuhan. Begitu kan keyakinanmu?
Oke, kembali ke kamarku. Kenapa aku malah sering bangun bagi akhir-akhir ini? Di kala fajar tak lagi menarik minatku. Di kala mataku begadang sampai tarkhim berteriakan. Di kala badan ku buat capai tak ketulungan, kenapa tetap saja di pagi harinya aku bangun? Kenapa nggak tidur selamanya?
Tapi ya sudahlah. Jalani saja. Nanti juga tiba saatnya minum baygon. Dan beberapa kali ku baca di beberapa media, itu berhasil. Oke bradah… sampai jumpa, entah di mana… bye…

1 komentar:

Ayu Welirang mengatakan...

Seperti sedang membaca getir yang teramat sangat, di sini.

Shalom. Semangatlah Bung! :)

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html