Yang Terukir dalam tahumu Roh gentayangan Dari proses kematian Tak sempurna
Begitu jiwaku Menghantui Teror kehidupan Kau cemooh Kucilkan dan caci-maki Marjinal Kau lebih rendahkan Tak berkasta
Jiwa yang silih berganti Menyambang antar generasi Lajur panjang rel kehidupan Muakkan petinggi Temani pemula yang perendah Kecoh tunas baru nan lugu
Akulah perusak nada kemapanan Yang susah payah dibangun Raja-raja berorientasi Bertuju kuasa
Yang kukabarkan Hidup bukan hanya rel baja yang kaku Berfinis satu Ladang menjulang jadi milikku Seperti otakmu Tak pikir di mana selesaiku Di stasiun kereta itu Kau mati bersama
Temanku kunang-kunang Berguru kebebasan Di padang panjang Yang tak pernah berakhir
Teriring harap, semoga keindahan senantiasa menyelimuti tiap status, foto, tautan dan semua bentuk aplikasi di semesta facebook.
Sidang noters yang berkahi facebook,
Sedikit masalah kecil menimpa gue di ujung desember tahun lalu. Beberapa masalah yang gue sikapi dengan sedikit penutupan diri. Sejak itulah satu dua kawan dekat mulai komplen. “Kemana saja lo? Sibuk apa saja? Ada masalah apa atau dengan siapa, sehingga lo sulit ditemui?” Begitulah soal-soal yang mereka ajukan.
Mulanya semua tanya itu gue hadapi dengan santai. Gue cuek saja dan coba jalani sendiri. Hingga tiba di suatu tengah malam yang memesona banyak mata dan telinga. Itu malam tahun baru.
Di malam pertama 2011, gue kembali melakukan kegilaan. Untuk kesekian kalinya gue melakukan kegilaan. Kali ini hari sabtu, tanggal dan bulan satu. Tanpa rencana dan kesadaran, alam bawah sadar gue di luar kendali memaksa raga, untuk menjalankan aksi teror. Sebuah teror atas kesadaran bagi gue sendiri, dan mungkin juga bagi orang lain.
Siangnya baru gue benar-benar ngeh. Apa yang gue lakukan semalam itu memang sungguh kegilaan. Its the truely madly. I was being as the mad man, succesfully. Gue benar-benar tak habis pikir. Kok bisa dan bisa-bisanya? Gue telah melakukan “Sesuatu Yang Tak Mungkin”. Anehnya itu terjadi.
Sidang noters yang berbudi,
Tahukah Anda apa yang kurasakan setelah itu? Di luar dugaan, seperti orang habis boker, lega... Aneh kan? Ya begitulah, karena saat gue melakukan aksi di luar kendali alam sadar itu, gue tak membohongi hatiku. Yang gue tahu gue jujur dalam itu.
Sidang noters tercinta,
Lalu ada yang bertanya, seberapa berartikah? Atau seberapa berhasilkah kejujuran itu? Untuk pertanyaan pertama gue tak mau menjawab. Sebab arti kejujuran gue, terkait erat dengan perasaan. Apa yang gue rasakan takkan pernah lo tahu sebelum lo merasakan sendiri. Kalaupun lo merasakan juga, tak ada alat yang bisa mengukur kesamaan apa yang kita rasakan.
Sementara untuk pertanyaan kedua, gue ingin menimpali dengan semacam sergahan atau mungkin apologi. Antara keberhasilan dan kejujuran bukan sesuatu yang harus saling terkait. Sebuah usaha dinyatakan berhasil manakala mencapai target atau tujuan yang telah ditentukan. Banyak halangan merintangi usaha. Karenanya butuh ketekunan, kelicinan, keuletan dan bisa jadi kelicikan untuk mengecoh halang rintang itu. Otomatis di situ terjadi bermacam manipulasi. Setidaknya manipulasi terhadap diri sendiri.
Tekun berarti harus memanipulasi diri saat jiwa merasa malas, lelah, capai, bosan menjadi sebuah semangat, gigih dan sebagainya. begitupula dengan licin, ulet dan licik. Jadi bisa dipahami, dari sini saja kita telah menemukan jurang antara kejujuran diri dengan keberhasilan.
Sidang noters yang dimulyakan facebook...
Kegilaanku yang memanfaatkan alam bawah sadar untuk mengungkap rasa (cinta) yang sesungguhnya itu berbuah keikhlasan dan ketenangan. Dan mungkin kemenangan. Kemenangan untuk diri gue sendiri.
Sidang noters yang berbahagia...
Ada seseorang yang gue pikir sangat terkena imbas dari kegilaan malam itu. Beberapa hari pasca kejadian, gue menemukannya di chatbox facebook. Lewat chat itu gue minta maaf jika ada sikap atau kata-kata yang tak berkenan di hatinya. Dia tak menjawab. Aku pun biasa saja. Terserah dia mau mandang gue apa. Saat itu hari selasa. Apapun anggapan dia padaku, besoknya tetap rabu. Sekitar 11 hari kemudian, aku melihat sosok perempuan itu di kantin Ushuluddin. Hatiku bergetar.
Sidang noters..
Begitulah kejujuran. Hanya membahagiakan batin sendiri. Itupun kalau kita bisa ikhlas. Kejujuran akan sangat sulit menuai hasil sebuah usaha. Seperti gue jelasin di atas, usaha membutuhkan berbagai manipulasi.
Oya sampai lupa, noters ini dibuat untuk menegaskan bahwa minimnya keberadaanku di kampus atau di mata publik bukan karena kejadian malam gila itu. Tapi, kalau boleh jujur, karena gue lagi low budget. Banyak utang. Sehingga lebih baik di kosan. Atau nongkrong yang gratisan. Ada yang minat bantu melunasi hutang-hutang gue?? Hehe becanda.
Kalau mau menemui gue gampang. Pagi hari, kalau nggak di kampus, berarti gue tidur di kosan. Malam hari, kalau nggak di kosan, berarti gue lagi nongkrong di Pesanggrahan. Atau langsung saja call me. Cuma jangan kaget kalau hape gue nggak aktif. Sebab baterainya ML alias Mudah Lowbat...
Terima Kasih telah membaca sampai selesai... semoga kesuksesan menyertai anda...
Hanya bekap malam Jurang hampa temaram Kebetulan biasa Atau takdir tiba-tiba Suaramu menggema Tiap belah sel di kepala Kadang kelam dan hitam Tapi sering bagai pualam Buat cermin tebarkan warna Ada sedih curiga lara Gimbira harap penuh bahagia Kau aku Dua raga satu jiwa Pandang sukmamu Senyum ini rebah nyaman di sana