melangkah
jaga mata
terbuka
jatuh selalu lebih gampang
itu mudah dipahami
Namun aku layang-layang
putus dari benang
terbang gemetar
dan berhasil menembus angkasa hampa
terkatung-katung tanpa hinggapan
Sementara puing-puing sampah antariksa
menebar bahaya
Di bawah sana
di atas putaran gemuruh bumi
segenap pertikaian, penghianatan penuh kebencian
dan lumuran darah mengunyah korban
sekarang tampak sebagai kekeliruan
kebodohan konyol
Padahal waktu itu mutlak benar
Ku ikat diri
sepenuh hati
menjalankannya penuh
pertaruhan nyawa
Karena kebenaran tak pernah langsung nyata
*Besok
mereka akan keliru dengan segala konsekwensi pribadi
zaman selalu salah sesudah mati, selalu benar selagi hidup.
Kutuklah ia kelak kemudian hari, jika kau suka
tapi zaman mengandung cara bergelora untuk mencintai dirinya.
Ia punya selera sendiri,
yang dirasakannya sendiri,
tak dapat diperbaiki
selayak kalimat yang kau baca adalah buah-buahan yang telah mati, bukan yang hidup, yang masih menyusu ranting pohonnya
LeGoso, Ciputat, 24 Nov 2011, dini hari
*Jean Paul Sartre, Menulis Untuk Zamannya, dalam kumpulan esai kepengarangan, YOI, 2000
Mendaki
Leleh keringat darah
mengelus sekucur kulit badan
Diiringi debu daki
merayapi langkah gontai
di bebatuan yang berlumut
Tiada tongkat berseimbang
bertambatkan rintik hujan
Kilat petir yang menyambar
Mengulur depa gelap
depan mata
Melesat
Bermodal pembakaran
ruh kudusku meluncur lebur di semesta
Kukaitkan jari tangan pada siku pucuk bintang
penuh kabut tajam
mengurai pelita tembus hatimu
Keliling pandang mata
yang sepi di tengahnya
tertimbun asa hampa
dari seberang bawah
yang lelap dengan tegap
menata tidur sampai mati
Legoso Ciputat, 8 November 2011, 16.18
satu per satu
dari milyar trilyun sel yang selalu memaksa mendaur nyawa
dari berat kilo langkah menempuh asa
mengabdi tuan
raja yang hilang
di tepi waktu tertinggal
Sebab tuan kebebasan
tak kutemu wujud nyata
Sebab raja sekadar
hasrat timbul sekejap
sesaat kemudian
sesaat terus yang berulang
Maka
Aku menjadi tuhan
tak ketumu budak nyata
Ciputat, 1 November 2011, 08.33
Dari kubang kekegelapan temaram pelita berkedip di kejauhan Sinar suci yang tak boleh bersentuhan kehinaan Pasca mandi cahaya foton tersambu...