ku miripkan wajah
potong rambut sinar matamu
pada mungilnya bocah
gelisah bersandar di pangku bunda
Dalam angkutan
kota yang lapar
menelan lebih dua kali keresahan
Manja tanyamu lentik bersuara, "Bunda, kapan sampainya?"
Di gugur kering
daun-daun rasamu rasaku
menyatu tanah kesabaran
yang wangi pedesaaan
tanpa cemar nafsu
tak tergoda tingkah laku
terhubung kemurnian
rindu terikat melankolika setia
Lepaslah rindumu
rinduku setiamu
setiaku terbakar bercumbu abu
Sedang jasad
kita diurai keraguan
Tak mungkin sempat
kau cium punggung tangan ini
Sembunyimu telah abadi
di balik hitam pintu
terkunci
Ramadan 1433 H
0 komentar:
Posting Komentar