Selasa, 21 Juni 2016

Bapak Tua Penjual Arah


“Sejauh-jauh perjalanan hanya untuk kembali.”
Entah sejak kapan kalimat itu sering terngiang di kepala. Namun aku terus mengayunkan kaki. Melangkah menuju entah. Menyusuri jalan yang kapan aku tak tahu akan berujung.
Hawa siang kian hari kian terasa panas. Debu-debu menyesak hidung, melekat menutup lobang-lobang pori. Burung, cicak, tokek, dan binatang-binatang hinggap di satu dua pohon yang kulewati. Mereka makin asing. Orang-orang yang kujumpai di jalan ini juga tambah ke sini tambah tak kukenal. Semua seakan menatapku penuh tanya, curiga. Mungkin mengira aku adalah agen intelijen dari suatu masa yang dikirim untuk melakukan tindakan mata-mata terhadap zaman mereka.
Aku lupa menghitung malam. Berapa sudah yang kulalui hingga sudah pagi lagi. Dan di sore senja. Saat remang-remang cahaya surya mulai memoles awan, aku memutuskan untuk berhenti di sebuah simpang jalan. Seorang penjual arah tengah bersiap pulang. Barang-barang dagangannya telah dikemas.
“Permisi.”
“Iya. Maaf, saya sudah tutup. Besok pagi saat mentari setinggi galah, kembalilah,” ujarnya.
“Tapi Bapak, saya seorang pejalan. Apa jadinya kalau saya berhenti di sini hanya menunggu Bapak sampai besok pagi?”
“Tidak jadi apa. Sekarang sangat susah menemukan penjual arah yang benar dan ikhlas. Terserah kalau Nak ingin tetap berjalan. Saya tidak bisa melarang.”
“Tapi bagaimana saya tahu tentang penjual yang ikhlas atau tidak, Pak?”
“Ya, memang susah. Tapi saya tetap tidak bisa melayanimu sekarang. Saya harus pulang. Anak istriku menunggu untuk buka puasa bersama.”
“Baik Pak. Kalau begitu selamat berbuka bersama keluarga.”
“Iya, Nak. Hati-hati di jalan. Saya pulang duluan.”
Bapak tua dengan pakaian kusam itu bergegas menghilang ditelan kejauhan. Aku masih terpaku di simpang jalan. Malam bertambah gelap.
***
Mentari sudah setinggi galah. Aktivitas bapak tua penjual arah membuka barang dagangannya membangunkanku dari lelap.
“Tidak jadi jalan Nak tadi malam?” tanyanya.
“Tidak Pak.”
“Baik, apa yang bisa saya bantu?”
“Ini Pak, saya mau tanya, tapi saya tidak punya uang untuk beli peta.”
“Iya, tidak apa.”
“Saya mau tanya, di mana posisi saya sekarang dan seberapa jauh dari tujuan asal?”
Bapak tua penjual arah itu membuka segulung lembaran. Dengan telunjuk yang ujung kukunya kehitaman ia menunjuk satu titik koordinat dari sebuah peta.
“Di sini,” ucapnya.
“Tapi Bapak, itu adalah titik yang sudah saya capai dan saya tinggalkan dalam perjalanan selama 15 tahun silam?” heranku.
“Apakah Nak pernah menghitung berapa malam yang telah Nak tempuh?”
“Tidak. Tapi sudah sekian malam dan siang saya berjalan?”
Bapak tua itu tersenyum teduh, membuatku kebingungan.
“Nak tidak pernah kemana-mana. Nak di sini saja. Di depan tempat Bapak berjualan,” katanya kembali tersenyum.
Kepalaku kemudian seperti diputar-putar. Tersibak apa saja yang kulakukan selama bertahun-tahun di simpang jalan ini. Aku hanya duduk, berdiri, berjalan di tempat memutari garis lingkaran di tanah yang kubuat dengan sebatang tongkat dari potongan ranting guna menegaskan batas wilayah kekuasaanku. Lalu duduk, berbaring, dan tidur. Begitu seterusnya.
“Nak tidak pernah berjalan. Nak hanya berputar-putar dan berdiam. Yang berjalan adalah yang ada di sekitar Nak. Mereka itu,” Bapak tua menunjuk orang-orang yang berjalan datang dan hilang pergi entah kemana.
Aku tak mau dikuasai kebingungan yang terus menjadi. “Lalu, seberapa jauh saat ini saya dari tujuan?”
“Sangat dekat, tapi juga sangat jauh,” si Bapak lagi-lagi hanya senyum-senyum aneh.
“Maksudnya?” tanyaku.
“Sejauh-jauh perjalanan hanya untuk kembali,” ujar bapak itu mengejutkanku. Kali ini ia tidak senyum.
“Berarti saya harus balik arah?”
“Tidak.”
Aku lebih tak paham.
“Nak tidak perlu meneruskan langkah ke depan atau balik kanan.”
“Lalu?”
“Nak hanya perlu melangkah ke ...,”
“Manapun saya mau,” terusku melanjutkan perjalanan di dalam lingkaran garis lingkaran di tanah yang kubuat dengan sebatang tongkat dari potongan ranting.

Legoso, 21 Juni 2016, 03.31 WIB

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html