Sabtu, 08 Agustus 2009

Nasib Patahan Budaya IAIN/UIN Jakarta Ciputat

MS Wibowo - Puluhan mahasiswa saling berkomplot di bawah rindangnya pohon, teras-teras fakultas dan rerumputan. Asap rokok mengepul makin tinggi. Terdapat segelas kopi hitam di tengah lingkaran para pecandu diskusi itu. Bila kopi tinggal beberapa milli dari dasar gelas, pertanda diskusi terancam putus. Kecuali bila diisi ulang.

Situasi tersebut membuat buku menjadi lubang penyimpan kekayaan dan persenjataan individu, yang kapanpun bisa diambil. Barangsiapa menjauhi buku, konsekwensi paling minimnya ialah akan tampak culun, berwawasan sempit dan lingkungan akan menganggapnya pemalas.

Dalam kondisi ini, ratusan teori dan wacana berevolusi menjadi karya tulis atau opini yang dimuat media lokal maupun nasional. Hal ini adalah syarat yang harus dicapai jika ingin dianggap sebagai manusia yang layak disebut mahasiswa.

Teori dan wacana yang diadon matang, mewujudkan gagasan dan solusi bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Tak hanya sebatas wacana, hal itu juga selalu coba diaplikasikan dan didakwahkan. Meski kadang masyarakat malah mencaci dan membenci.

Masyarakat awam biasanya selalu ingin memertahankan apa yang sudah turun-temurun dari zaman dulu. Padahal kehidupan selalu berkembang dan berubah. Karenanya para intelektual selalu berusaha menangkap hakikat sesuatu atau misalnya ajaran Nabi, agar selalu kontekstual dengan zaman.

Kultur di atas terjaga sejak kepemimpinan Rektor Harun Nasution. Laiknya sebuah batang panjang yang tak diketahui ujung akhirnya. Tapi pada kisaran tahun 2000 batang itu retak dan patah sekitar tahun 2004. Sebuah patahan yang meninggalkan puing atau kepingan.

Kepingan itu adalah angkatan 2005 (selanjutnya disebut keping). Sekeping generasi yang mewarisi tradisi patahan pertama (zaman Harun Nasution-2004), tapi jatuh terjebak dalam lingkungan dan kultur baru di patahan kedua (angkatan 2006 - ). Keping ini terus menerus terbawa arus zaman dan melebur bersamanya tapi tak menyatu. Terbawa keterasingan bagi yang ingin memaksakan kembali dalam patahan pertama, dan mengalami kebingungan bagi berusaha menyatu dengan patahan kedua.

Dari hari ke hari, masa ke masa, keping makin terasing terhadap zaman, ruang dan budaya yang ada. Tak mungkin kembali ke patahan pertama. Karena seiring estafeta waktu, patahan kedua makin menjauh dari patahan pertamanya. Dan patahan kedua menawarkan banyak kesenangan dan kesuksesan semu. Tawaran-tawaran itu membuat banyak orang bergabung dengan gaya hidup dan budayanya. Dan Keping pertama makin menderita dengan keterasinganya. Ia meratap dan terus meronta...

Bersambung...

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html