Seorang Kawan yang sekaligus sebagai kakak dan orang tuaku berkata, "Kesetian Itu Hanya Milik Perempuan, Bukan Untuk Laki-Laki" Awalnya aku kurang sepakat. Sebab walau aku juga laki-laki, tapi aku kurang sepakat jika ada pembedaan hak dan kewajiban dalam gender.
Tapi sebuah Peristiwa terjadi dalam proses hidupku. Dulu, aku menembak hati seorang wanita. Dia sangat bahagia bersamaku. Sebeb denganku, ia menemukan kenyamanan tak terhingga. Ia sangat takut kehilangan aku. Terlebih setelah ia tahu bahwa sisa cintaku terhadap wanita, yang dulu ku kejar-kejar sebelum dia, masih berarak di dalam hatiku.
Dia pun selalu bertanya padaku, apakah aku akan setia padanya, mau menikahinya, dan akan selalu cinta dia, bagaimanapun kondisi dia, masa lalunya dan keluarganya.
Aku hanya bisa menjawab dengan lagu Bang Iwan, "... hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini. Entah esok hari, atau lusa nanti, Entah..."
Berbeda dengannya yang terus berjanji setia padaku. Ia ucap sumpah setia atas nama Yang Maha Suci dalam hidupnya, Tuhan, Ibu, nenek dan binatang kesayangannya. berulangkali ia nyatakan bisa menerima aku apa adanya. pastinya dengan segala kekuranganku. Bahkan ia sempat menyuruhku mengejar wanita yang dulu jadi idamanku. jika nanti gagal mendapatkannya, kembalilah padanya. Keinginannya nanti setelah menikah, ia akan memelukku tiap libur kerja akhir pekan.
Kemanapun aku pergi, selalu ia awasi. Jika aku tak ada kabar, ia menghubungi teman-temanku dan marah-marah padaku. Ia selalu ingin tahu semua kegiatanku. Bahkan ia sempat menculikku karena menurutnya aku tak punya waktu jika ia tak melakukan itu.
Ia memaksaku untuk mengucap janji setia padanya, ataas nama yang suci Bagiku, yakni Ibuku.
Aku Ucapkan Itu.
Saat datang wanita-wanita menggodaku, aku palingkan muka. Datang pula hati seorang wanita yang dulu kukejar-kejar, namun ku abaikan dia. semua hanya demi cintaku yang pertama.
Walau sibuk, capai dsb, ku sempatkan sms tlp dan menerima panggilan dia... bukan aku pamrih, tapi karena merasa ini kewajiban dan kebutuhan jalinan cinta kita berdua. Ku kurangi aktivitasku demi memberinya sekuntum waktu. Dengan nyaman ia mengungkap semua aib dan masa lalunya padaku. Walau menyakitkan, aku terima segalanya. Justru kekurangannya membuatku semakin cinta. Ku cintai kekurangannya, bukan kelebihan. sebab siapapun bisa mencintai kelebihan. tapi tak semua orang bisa mencintai kekurangan.
Tapi
Saat ia temukan dunia baru, kawan baru, aktivitas baru, ia abaikan aku. Saat aku mengcomplinenya, ia tak terima. Menurutnya aku tak paham dia. Aku cuma mau dia ada waktu untukku,, hatinya tetap padaku.. walau mungkin agak berlebihan tapi bukankah itu maunya. Siapa wanita yang tak mau dicintai setulushati oleh kekasihnya?
Dia bilang itu mengganggu. Dia bilang aku psikopat. Aku bodoh. karena telah sering disakiti masih saja mau mencintai. Aku jatuh cinta lagi padanya untuk kesekian kalinya. Jatuh cinta berulang-ulang pada orang yang sama. Tapi saat kutanyakan, "Kamu cinta dan sayang aku g?" Jawabnya, "itu pertanyaan konyol, dua tahun pacaran masih bertanya seperti itu."
Saat kuminta ia untuk berjanji atas nama yang suci-suci, ia tak berani. Padahal aku telah membelanya dihadapan ibuku yang dulu tak setuju aku pacaran dengannya.... Di dunia ini hanya ibuku yang aku keramatkan... dia adalah sosok tersuciku...
Aku memang belum punya banyak uang untuk dikorbankan untuk kekasihku.. Tapi Atas Nama Ibuku itu sudah sangat terlalu.
Kini dia acuhkan aku.. Ia ajukan putus.. dan menunggu jawaban 'ya' dariku. Tak pernah sms atau terima tlpku. Tak ingat janji atas nama Ibu, Nenek, Binatang kesayangan dan adik2nya.
Salahkah aku setia padanya? kenapa dia bilang aku bodoh mencintainya yang banyak kekurangan.
Beberapa telpon dan sms nya terhadapa cowok lain tak boleh kulihat. Dia tak mau kutelpon pukul 01.00 dengan alasan ngantuk, tapi jam 02.00 menelpon lelaki lain. Berulang kali ia berbohong padaku atas aktivitasnya. dan aku tak boleh mengcompline-nya.
Tak bisakah Wanita mencintai orang yang tulus mencintainya...
kenapa rata2 wanita terpesona pada lelaki playboy yang jelas2 sering menyakiti hati. benarkah wanita sebenarnya tak butuh kesetian dan ketulusan? Wallahu a'lam
Jika benar demikian, nyatalah bahwa "Kesetian Hanya Milik Perempuan, Bukan Untuk Laki-Laki"
Kini ia tak pernah nyaman bersamaku....
Aku hanyalah pengganggu, pengusik hari-harinya....
Aku menagih Janji atas nama yang suci. Aku tak rela karena nama ibuku telah ku angkat...
Kembalilah kasih...
Kepergianmu dariku adalah malapetaka...
Doakan aku pembaca
0 komentar:
Posting Komentar