Aku lupa bagaimana merindukan sepi.
Ah kawan,
cintailah sepimu
Dia mendengar, saat bisu massa memasung pikiran
Aku butuh rekreasi
mengenali badai ke tengah samudra
jumpa Tintin dan Marcopolo, atau
nenek moyang tanpa nama
Jangan hianati sepimu yang setia
Sepi bukan sekadar sepia
Banyak suara kan kau unduh darinya
Lalu, hubungan gelap kami melahirkan bayi
bernama sunyi
Sunyi itu fatamorgana
Hingga baligh kau mengasuhnya
Telah kubalas kasih setianya
penuh
merias altar dengan daun-daun kering dan anyaman rintik hujan
Awan yang mengapung
memberi tetes-tetes angka buruh tembakau
dan cukong ceria
Candraku tenaga biji mangsa musang
Becek jalan menerjal
Kopi habis, kereta putar menggilas kretek yang terbakar
Dan rindu membeku
Ah, kawan
ah ...!!!
Aku paham
Memerkosa bendahara pesta kata
Tak satu pun huruf miripi rasa
Ini drama konvensional
Sekeras kasar terbantaikan
Ujung hidup awal menggariskan
Aku adalah pemenang
Ahaa…
Memang begitu kawan
We are the champions
0 komentar:
Posting Komentar