Cerita ini merupakan modivikasi dari kisah nyata romantika cinta yang dialami Adi, mahasiswa FSH UIN Jakarta. Nama dan semua identitas yang ada dalam kisah ini sengaja kami kaburkan. Segalanya demi menjaga privasi sang pelaku cerita.
Mafhum bagi umat manusia, telah banyak cap-cap yang menempel pada kata yang berkaitan dengan cinta. Namun baterai, rasanya cukup tepat menjadi judul kisah yang terjadi pada tahun 2003-2008 lalu.
Berawal saat Adi baru merampungkan studinya di salah-satu pesantren besar di Indonesia. Kelulusannya dari pesantren ini juga dibarengi dengan didapatnya ijazah SMA atau Madrasah Aliyah.
Tapi Adi tak langsung meneruskan keperguruan tinggi. Ia mengabdi sebagai pengajar selama kurang lebih satu tahun di sebuah sekolah yang kebetulan tak begitu jauh dengan rumahnya. Dalam masa pengabdian itu, Adi memiliki teman karib bernama Syaikhu yang selanjutnya memperkenalkannya dengan seorang wanita bernama Nova. Mereka bertiga akhirnya menjalin persahabatan yang begitu erat. Ketiganya memiliki beberapa kesamaan. Di antaranya, rumah orang tua yang berada di Provonsi Lampung, meski beda suku. Selain itu, mereka berasal dari satu almamater, hanya beda wilayah saja. Masa pendidikan Adi dilewati di lembaga pusat, sementara Nova dan Syaikhu di cabang yang berbeda.
Keakraban ketiga sahabat ini terus berlanjut dan semakin erat. Terlebih bagi Nova dan Adi. Bahkan persahabatan mereka mulai menjurus pada pacaran. Syaikhu pun tak keberatan jika persahabatan itu berbuah cinta salah-satu pihak. Keseriusan Adi menjalin hubungan pacaran dengan Nova diwujudkan melalui ungkapan hati yang diutarakan di ruang kantor guru di sela-sela waktu istirahat jam pelajaran. Meski status Novi lebih senior, tapi dari segi usia Adi lebih tua. Hal ini tak terlampau menjadi problema.
Cerita cinta Adi tak mulus begitu saja. Rintangan awal datang seorang guru senior yang telah lama menaruh harapan pada Nova. Saat tahu Nova diikat Adi dengan tali asmara, guru senior yang bernama Beni itu seperti kebakaran kumis. Ia tidak terima. Dengan alasan membincang silabus ia meminta Adi menjauh dari Nova. Karena keduanya bersikeras pada keinginannya, ruang guru yang ber-ac itu dalam sesaat menjadi sepanas mentari siang. Perkelahian tak terelakkan. Beruntung Syaikhu tiba tepat waktu. Ia pun segera melerai kedua orang yang berseteru itu. Setelah dingin ac kembali pada perasaan normal, jelas sudah di mata Syaikhu bahwa pemicu pertikaian dua ustadz ini adalah seorang wanita bernama Nova.
Syaikhu kemudian berinesiatif memanggil Nova saat itu juga. Akan tetapi, entah karena rasa segan atau apa, Nova tak mau memberi keputusan kepada dua lelaki yang didera asmara itu. Baru sekitar tiga hari kemudian, melalui sebuah surat (jaman dulu di sana HP belum banyak, wakakaka), Nova menyatakan sikapnya untuk lanjut dengan cinta Adi. Dalam secarik kertas itu juga Nova mengatakan telah mengirim surat penolakan cinta Beni.
Adi pun lega. Tapi Nova masih memunyai satu syarat untuk Adi, mereka tak boleh ketemu di pesantren/sekolah, kecuali membincang masalah kegiatan belajar mengajar. Menurut alasan Nova, hal ini agar tidak mengakibatkan radang perasaan Beni.
Hari-hari berlalu penuh dengan kebahagiaan. Berdua Nova dan Adi sering bepergian bersama. Mulai hanya sekedar ngopi, makan di cafe hingga nonton bioskop. Tapi berbarengan dengan semakin dekatnya hubungan itu, makin terbukalah keburukan masing-masing. Ternyata Nova tak menyukai kebiasaan Adi yang menjadi pecandu rokok. Beberapa kali Nova bilang ke Adi agar tidak merokok lagi, terlebih di hadapan Nova. Suatu ketika, di penghujung senja, Adi dan Nova berniat berbelanja baju di salah-satu departement store. Bermodal motor bebeknya, Adi membonceng Nova dengan segala hikmat dan bersahaja. Setelah selesai mencaplok baju yang Nova butuhkan, mereka melepas lelah di salah-satu kafe. Seperti biasa Adi memeasan kopi. Setelah itu mereka pulang sebelum makan.
Di jalan, dua sejoli ini mampir di warung bakso. Setelah makan, mulut Adi serasa ditampolin orang utan, sebab tak sebatang pun rokok terselip di kantong. Tanpa basa-basi ia langsung bergegas menuju kios pinggir jalan. Dibelinya setengah bungkus rokok merek Amerika. Sesaat kemudian, Nova mengetahui bahwa kekasih sejatinya sedang bercumbu mesra dengan kepulan asap. Dengan cekatan, secepat kucing menyergap tikus, Nova mencabut rokok yang tengah melekat di bibir manis Adi. Tak sebatas itu, Nova ketika itu juga ....
Bersambung . . .
2 komentar:
Ini kisah nyata wo????
ya edelwiss ini nyata, si Adi ini (Bukn nama sebenarnya) adalah teman satu kost w
Posting Komentar