Masa kecil kadang dilalui manusia dengan berbagai tingkah, prilaku atau imajinasi, yang tak jarang bersifat konyol. Sering pula, masa lalu itu lucu dan menggelikan. Seperti yang diceritakan oleh Titin, mahasiswa semester VIII Farmasi Fakultas Kedokteran UIN Jakarta. Selagi SD (Sekolah Dasar), ia adalah penggandrung setia serial kartun Sailormoon.
Titin menonton serial ini sejak munculnya Sailormoon I sampai Sailormoon V. Ia tak pernah beranjak dari TV setiap minggunya. Layaknya orang yang menunggu pembagian zakat massal, ia melongo ke arah TV.
Titin bangga melihat para jagoan itu mengalahkan musuh-musuhnya. Apalagi kalau Sailormoon sudah mengeluarkan kekuatan bulannya. Detak jantung yang tadinya berdebar, langsung jadi normal.
Namun yang membuat titin gelisah dan tak mau melewatkan satu episode pun dari film kartun ini adalah petuah guru Sailormoon, yang berwujud kucing. Kepada setiap Sailormoon, dari I hingga kedua sebelum akhir, guru kucing selalu mengatakan, ‘akan muncul Sailormoon berikutnya’.
Nah, kata-kata itulah yang membuat Titin menyatu dengan para pahlawan wanita tersebut. Ia yakin, bahwa yang dimaksud Sailormoon berikutnya itu adalah dirinya. Maka dia selalu menanti-nantikan kemunculannya TV.
Keyakinan Titin bahwa dirinya adalah Sailormoon telah mendarah-daging. Sebagaimana yang ia utarakan kepada ibunya. Ketika itu sang ibu marah. “Ayo belajar! Masih kecil males belajar, mau jadi apa nanti kalau udah gede?” kata ibu Titin.
Dengan enteng Titin menjawab, “Jadi Sailormoon…”
Begitulah, dan harapan tinggalah harapan. Karena hingga Sailormoon kelima, ternyata Titin tak termasuk dalam kelompok pahlawan itu. Tapi Titin belum menyerah. Ia tunggu kemunculannya sebagai Sailormoon ke VI. Tetapi belum sempat ia menampakkan diri dilayar kaca, serial kartun ini tamat. Ia pun hanya manyun menahan rasa kecewa, sambil berucap, “Yaaah, kok sudah tamat.”[]
0 komentar:
Posting Komentar