Selasa, 26 Oktober 2010

Wakil Kita Di Angkutan Kota

Ciputat, 17 Mei 2010

Perjumpan itu memang mistis. Ingatan kita masih bening, saat menyaksikan sosok lawan jenis di kendaraan yang berbeda. Jalan kita berlawan arah. Mungkin karenanya kita berpapasan.
Dalam catatan ini, terpaksa kusebut sebuah nama kota, yang tak indah untuk sajak, syair, puisi atau lirik lagu. Ciputat adalah tempat yang kau tinggalkan kala itu. Mengejar rindu dengan tanah moyangmu. Sedang karena alasan lain, Ciputat adalah tujuanku, dari usaha mengambil citra Taman Kota. Kala itu.
Lakumu di Januari. Sedangku di bulan Mei. Kau duduk di bus antar kota. Aku terjepit di angkutan kota saja.
Berterima kasihlah pada dua raga, pria dan wanita. Berdua mereka jadi perantara sukmaku sukmamu.
Atas deret bangku jajar dua. Arjuna datang senyum padamu. Duduk di samping tawar pinjamkan sebuah buku. Sudah pasti kau tersenyum malu. Tetap dengarkan lagu, dari pemutar musik hadiah ayahanda.
Aku sadar, matamu melirik sesekali. Terkejut arjuna menawarkan makanan ringannya. Laga bodohmu menolak pemberian. Sebab yang kau rasa tak keruan. Hingga mata terpejam. Itu awal sesalmu. Ia pergi tanpa pamit.
Di tempat jauh raga lainnya.
Atas deret bangku angkutan kota. Aku tersudut sendiri. Di himpit perempuan gendut. Seorang nenek membawa ayam dengan bau kotorannya. Keranjang jago itu khas pengadu. Tiga perempuan bersido merah jambu, duduk makin membuatku tersudut. Kuatap kaca belakang. Peluru pandang terkucur di atas aspal.
Namun terbelalak. Wajah kuluruskan. Kita saling berpandangan. Di sudut tepat depanku. Belum pernah kujumpa, perempuan berpunya seranum bibirmu. Kutatap lekat. Mengopi seluruh citra ayu. Hampir overload otak ini. Terlalu besar file yang kusimpan.
Sesekali pupil beradu. Kau gigit-gigit bibir itu. Rambutmu tergurai bagikan pelepah palma [Rendra]. Di kirimu duduk dempet perempuan paruh baya. Cantik kalau dia masih muda. Ia perhatikan gerak mataku. Aku yakin itu ibumu.
Wajah telanjangku salah arah, salah polah. Kubuang tatap di udara yang berisik. Dari balik kaca, jalan mengalir deras. Pohon-pohon menimbun belakangnya.
Kamu ketahuan mencuri pandang. Tapi pintar sekali, kau hanya menggigit bibir mungil itu.
Ciputat selesai di pasar. Kau turun di bekas Bioskop Niagara. Kutemukan sehelai mawar merah jambu. Di bawah tempat dudukmu. Aku belum turun. Di balik jendela kulihat kau gerai-gerai rambut itu. Doaku semoga kita kan bertemu.
Di Ciputat sebenarnya.
Pria dan Perempuan Itu Tak Ada.
Hanya Aku Dan Kamu

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html