Senjata ciptaan bangsa mana yang bisa aku gunakan. Menunggu kematian masih terlalu lama. Harus bermalam di lintasan matahari yang bosan. Di persinggahan kecepak bintang.
Air mata bukan hanya tak pantas. Melainkan kering tak berbekas. Masa depan adalah tujuan. Yang memiliki masa depan adalah mereka yang punya tujuan. Sedang masa lalu dan segala kodrat yang menjerat. Membuat kaki berkarat. Langkah semakin terasa berat.
Di mana kutemukan kembali tujuan. Segalanya telah hangus terbakar. Menjadi abu dari nihilisme total. Sedangkan para penyangga dan penjaga tangga-tangga instalasi struktural terus tertawa. Tertawa kasar. Omong kosong dengan isi, hakikat, dan tujuan. Begitu kata mereka.
Mungkin aku harus meminta
Minta maaf
Padaku,
Pada ibu dan adik-adikku
Pada tuhanku.
Aku tahu mereka maha pemaaf
0 komentar:
Posting Komentar