"Mana rokoknya?" tanya Nova.
"Mang kenapa sih? Aku kan sudah bilang, aku memang perokok? Ini tak bisa diganggu gugat," balas Adi.
Tanpa berkata lagi, tangan Nova langsung merogoh lima batang rokok Adi dalam bungkus yang terselip di kantong baju. Nova melangkah pergi meninggalkan Adi sendiri. Adi tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya menerka-nerka eksekusi macam apa yang akan dilakukan Nova terhadap rokok-rokoknya. Tapi tak diduga, Nova ternyata menghampiri kios tempat Adi membeli rokok tadi. Adi segera menghampiri Nova. Namun ia terlambat. Yang membuat Adi kaget setengah mati sebab tak pernah terbayang diotaknya adalah ternyata Nova mengembalikan semua rokoknya kepada penjaga kios.
Sesaat, sampailah berdua mereka tiba di ruang kesunyian. Jalan yang bising dengan suara kendaraan menjadi sepi. Deru debu dan raungan motor lenyap sudah. Dunia seperti tak berisi. Nyaris seperti bayangan zaman dulu, duluuu sekali. Saat belum ada TV, listrik, radio, rumah pohon, batu dan semuanya. Dunia serasa hanya diisi Adi dan Nova.
Keduanya bertatap muka tanpa suara. Dengan penuh keheningan Nova menyambar tangan Adi dan menariknya menuju motor bebek yang terparkir di sebelah warung bakso. Di perjalanan pulang, tak sepatah kata memecah suasana itu. Dalam benak Adi bergelayut perasaan kesal, marah, cinta bahagia dan sebagainya. Perasaan yang campur aduk itu membuatnya hanya terpaku. Setelah sampai di tempat tinggal Nova, Adi segera pamit. Diciumlah tangan Adi oleh Nova. Adi pulang ke rumah.
Sampai di rumah Adi tak habis pikir atas sikap Nova yang baru terjadi. Ia berfikir tak mungkin meninggalkan Nova. Sebab selain cantik rupawan, Nova merupakan wanita yang sesuai dengan salah satu keinginan Adi. Yaa, karena setelah merasa bukan ABG lagi, Adi selalu mematok syarat untuk wanita yang menjadi kekasihnya, yakni tak suka ditraktir. Itulah yang ada pada diri Nova. hampir setiap ngedate, Adi tak keluar uang sepeser pun. Dan Nova pun bisa menerima itu. Segala bentuk akomodasi perjalanan pacaran ditanggungnya. Bagi nova, asal bisa bersama Adi serta tak menjadi beban bagi Arjunanya itu, ia sangat bangga plus bahagia. Nova justru tak suka bila Adi tampak memaksakan diri dalam cerita cinta mereka berdua. Walau kadang apa yang dilakukan nova terlihat lebay. Sebagai contoh, suatu hari Adi datang menjemput Nova dengan motor ayahnya. Karena merasa ada yang aneh, Nova menanyakan perihal motor tersebut. Adi pun menjawab bahwa motornya telah dijual untuk mencukupi biaya buka usaha abang iparnya.
Mengetahui Adi tak membawa motor miliknya sendiri, spontan Nova langsung menyuruhnya mengembalikan kendaraan itu ke kerumah. Adi pun serba salah. Namun Nova tak peduli. Padahal Adi sudah berusaha keras meyakinkan bahwa motor itu sedang tak dipakai. Dan bila harus memulangkan dulu ke rumah, lalu pergi naik angkot berdua, pasti malah tambah ribet dan boros waktu. Tapi Nova tetap tak mau peduli. Dia bilang tetap nunggu Adi balik ke rumahnya dengan naik angkot sebelum jalan berdua. maksain ya.
Dalam perjalanan yang menguapkan waktu super banyak itulah terjadi peristiwa yang tak terlupakan. Wabilkhusus buat Nova. Di tengah jalan waktu asyik-asyiknya jalan HP Nova mengalami lowbat hingga tak bernyawa. Padahal semalam sudah dicas. Telusur punya selidik, memang baterainya sudah soak. Nova pun pengen beli baterai. tapi uang di dompetnya telah habis. Dengan nada terpaksa dan terlihat sangat tak nyaman dan tak mau memaksa Adi ia minta untuk dibelikan baterai HP. Adi tak keberatan. Tapi ia hanya mampu membelikan yang non-original. Kata Nova tak apa-apa. Setelah itu mereka pulang.
Tiga bulan berikutnya, Ada hal aneh dirasakan Adi terhadap Nova. Walau itu sudah diketahuinya lama, namun baru memuncak rasa gerahnya saat itu juga. Menurut Adi, ini mungkin karena sebelum-sebelumnya ia pacaran selalu dengan anak SMA, yang motivasinya hanya cari seneng belaka. Tapi tak dapat dinafikan, itu merupakan sifat manusiawinya. Adi sering sebal karena Nova tak pernah mau pacaran layaknya muda-mudi jaman ini. Jangankan untuk kissing, penggangan tangan saja ia tak mau. Pernah Adi sedikit membentak Nova. "Memang kenapa sih, kan cuma pegangan tangan doang, wajarlah, namanya juga pacaran." tapi Nova jawab, "Tar aja kalau kita sudah nikah, soalnya pegangan tangan dengan yang bukan muhrim itu termasuk zina dan dosa. Lagian kita lulusan pesantren. Maka kita harus menjaga nama baik pesantren kita. Sabar ya kalau nanti kita sudah nikah, semua ini buat Aa Adi."
Adi merasa tak puas dengan jawaban itu. Bahkan semakin jengkel tiap kali Nova membicarakan soal pernikahan. Tak jarang Nova bertanya kepada Adi, "Aa, tar kalau kita sudah nikah mau punya anak berapa?'' Kalau Nova sudah tanya demikian, Adi langsung menjawab, kamu ngomong apa sih, nikah nikah nikah. Itu mah nanti. Jodoh itu ditangan Tuhan.
Bersambung...
3 komentar:
kpn lanjutan nya???????
adah ada tuh lanjutan ceritanya cinta cap baterai III
wadduww sekarang sprtinya tengah merintis jalan menjadi penulis cerpen nih....ya moga2 aja secepatnya jadi penulis terkenal dan masuk surga ...!@#$%^&* lho???....Eh masih di LPM kan. Boleh tuh diangkat soal UU KIP terkait UIN sebagai lembaga publik...
Posting Komentar