Minggu ini, secara resmi berdasarkan Surat Keputusan Rektor, Ujian Akhir Semester (UAS) di UIN Jakarta telah selesai. Tentu Anda tahu itu untuk mahasiswa reguler seluruhnya. Sedangkan untuk non-reguler atau ekstensi, mereka masih menjalani perkuliahan normal.
Di sini, aku akan berbagi masih seputar UAS. Kita tahu, pena memainkan peranan penting dalam mengerjakan soal ujian. Bahkan di beberapa daerah, pena yang akan dipakai saat ujian harus diruwat dulu alias dibawa ke dukun dan dibacakan mantra. Tujuannya, supaya jawaban yang tergores dari pena itu selalu benar. Walau kapasitas memori otak tak menampung jawaban soal ujian, tapi diharapakan pena mantra itu ada jin atau uka-uka atau apalah yang menggerakkan. Jadi yaqin benar. Kan jin, setan, uka-uka dan genderuwo nggak keliatan, jadi dia bebas nyari contekan.
Selasa (20/1) lalu ialah hari pertama UAS-ku semester ini. Seperti UAS-UAS sebelumnya aku tidak mengambil nomor ujian, yang setahu saya ada di UIN Jakarta kira-kira mulai tahun 2007. Bagiku kartu ujian nggak terlalu penting. Karena aku punya bukti lain seperti daftar absen, slip pembayaran dan sebagainya.
Tapi selasa itu beda. Aku datang telat. Meskipun nggak telat-telat amat, kan masih ada beberapa teman yang lebih telat dariku. Pas masuk langsung disuruh absen dan memperlihatkan kartu ujian. Aku bilang saja seperti sebelum-sebelumnya, 'ketinggalan pak'. Eh, si pengawas bilang, kalau ketinggalan kamu ke posko ujian dulu di lantai 4, minta surat keterangan.
Kupret, kata gua. Tanpa banyak cing-cong aku ke lantai 4, tapi bukan minta surat keterangan, melainkan tanya di mana tempat ngambil kartu ujian. Oleh seorang pegawai perempuan aku disuruh menemui pak Muslim. Wah, pegawai baru ni. Denger-denger pak muslim tu orangnya reseh, suka bikin gara-gara, maksudnya suka bikin mahasiswa ribet.
Aku masuk ke ruang Kajur dan staf-stafnya. Aku bertanya pada salah-seorang Kajur Jurusan Tafsir Hadits (bukan jurusanku). "Meja Pak Muslim di mana pak?"
Setelah ditunjukkan, aku langsung mengutarakan maksud dan tujuanku. Pak Muslim menanyaiku slip pembayaran, aku tunjukan. Akhirnya ia suruh aku tanda-tangan. Disodorkannya padaku sebilah pulpen dan daftar peserta ujian yang sudah mengambil kartu. Setelah tanda tangan tanpa basa-basi ngopi atau minta rokok, aku langsung cabut dan menuju ke kelas. Pas setelah lembar soal dan jawaban berada di tanganku, aku baru ingat bahwa sejak seminggu yang lalu tanganku tak menyentuh pulpen atau pena sama sajalah. Tapi tiba-tiba aku raba kantong depan bajuku, di situ telah terselip sebuah pena yang masih fresh, baru dan mereknya bagus. wow, ajaib. Itu adalah penanya Pak Muslim.
Aku bercerita atas kejadian itu ke teman-teman. Ada yang senyum, ada yang tertawa, ada yang merana, ada pula yang kejam menyiksa dirinya. Ku ucapkan terima kasih pada pak Muslim dan pulpennya. Jangan marah ya. aku yakin itu pulpen jatah dari fakultas. Ya Kan? Yoi
*Tiga nama ini adalah sapaan akrab MS Wibowo
3 komentar:
Yoi......................... setuju pokokna mah...................
Yoi......... gwsetuju aja lah.........
maksud loh?
Posting Komentar