Jika Teori Big Bang itu benar adanya, maka pada mulanya alam
semesta ini adalah sebuah ledakan besar di ruang angkasa gelap nan luas tiada
batas. Ledakan tersebut terus mengembang. Satu per satu materi ledakan berputar
membentuk galaksi, semacam tata surya, planet, satelit planet dan seterusnya.
Semua benda angkasa itu berputar dengan pola, yang seolah tetap.
Di antara benda angkasa raya atau jagad raya alias alam
semesta terdapat planet yang memungkinkan adanya kehidupan. Mungkin salah
satunya adalah bumi. Karena tak menutup kemungkinan ada planet-planet lain yang
juga memiliki kehidupan.
Sejak mulanya, Bumi, yang merupakan satu titik materi dari
bagian big bang, terus berputar. Posisi, letak, materi, dan sebagainya,
memungkinkan bumi memiliki kehidupan. Selanjutnya terciptalah makhluk-makhluk
hidup yang terus berkembang. Satu spesies yang paling canggih dan cerdas adalah
manusia.
Selama perputaran bumi bersama dengan gerak matahari dan
seluruh alam semesta, manusia sebagaimana makhluk dan benda lain di bumi
mengalami evolusi. Beragam jenis dan teori evolusi mencuat, yang paling populer
adalah teorinya Darwin.
Terlepas dari kontroversi teori evolusi Darwin, kenyataan
evolusi pada manusia banyak yang menyepakati. Salah satunya dari segi ukuruan
tubuh. Konon, umat-umat manusia jaman dulu berbadan besar dan tinggi. Ini
dipercaya sebagian orang dari dialog antara Musa dengan Muhammad ketika Isra’
Mi’raj. Kala itu Muhammad mendapat perintah salat sebagai kewajiban yang mesti
dijalankan umatnya sebanyak 50 rakaat, ada yang bilang 50 waktu. Musa, yang
beralasan umat Muhammad kecil-kecil dan lemah, menilai kewajiban salat itu
terlalu berat sehingga menyarankan untuk meminta pengurangan. Setelah bolak-balik
meminta keringanan dari Tuhan, maka kewajiban salat final menjadi 17 rekaat
atau lima waktu.
Evolusi pada fisik manusia seiring dengan gerak bumi dan
alam raya. Jika disaksikan sepintas dan tak perlu dipikir matang-matang,
segalanya seperti tampak teratur. Namun sedikit orang yang mau berpikir bahwa
keteraturan yang tampak ini merupakan satu bagian kecil dari sebuah ledakan
yang maha dahsyat bernama big bang itu sendiri.
Kita ambil contoh sebuah ledakan bom yang polanya berantakan
dan paling acak sekalipun, jika kita mampu melihat sampai pada partikel atom
terkecilnya, maka akan tampak dalam penglihatan kita suatu gerak dari partikel
neutron, proton dan elektron yang begitu teratur. Jika kita bertubuh super
duper kecil dan berada di salah satu partikel itu, maka ledakan bom yang besar
dan seperti tanpa pola itu hanya akan terlihat sebagai keteraturan yang tidak
berbahaya.
Demikian halnya dengan kehidupan manusia, akan terus
bergerak berkembang, berevolusi seiring dengan big bang serta alam semesta yang
sampai saat ini konon masih terus mengembang. Bisa jadi suatu saat, ukuran
tubuh manusia akan semakin mengecil dan sebagainya atau mungkin sebaliknya. Kemungkinan
akan selalu ada mengingat segala sesuatu di alam semesta tidak ada yang diam,
terus bergerak hingga entah sampai kapan masanya.
Saya sendiri adalah orang yang menyakini adanya hal gaib,
dalam arti sesuatu yang sangat sulit dijangkau akal manusia jika tak mau
dibilang tidak mungkin. Hal itu salah satunya adalah jiwa dan pikiran manusia. Meski
diketahui dalam sains, pikiran manusia berhubungan dengan fisik otak yang
terdapat di kepala manusia, namun wujud pikiran serta jiwa manusia itu sendiri
tak dapat dilihat, disentuh, dan dicerna melalui panca indera. Manusia hanya
bisa merasakan pikirannya, jiwanya, seperti suara yang berbicara di dalam diri.
Tentu saja mediumnya adalah bahasa yang diketahui. Karena pada dasarnya bahasa
itu bersifat membatasi, maka sudah barang tentu tidak mampu menjelaskan segala
hal mencakup realita kebenaran yang ada.
Jiwa dan pikiran manusia juga terus berevolusi. Dan melalalui
jiwa serta pikiran ini manusia memang saling terhubung satu sama lain, termasuk
dengan jiwa gaib semesta raya. Setidaknya ini hipotesa saya. Jiwa alam semesta
serta jiwa manusia juga saling terhubung, bagi yang menyadarinya. Oleh karena
itu, Pythagoras, seorang filsuf Yunani kuno, pernah mengatakan bahwa
sesungguhnya alam semesta ini bergerak dengan bunyi atau gemuruh tertentu. Jiwa
manusia juga merupakan bagian kecil dari sebuah ledakan besar dari jiwa yang
maha besar. Bisa jadi inilah yang disebut oleh Filsuf Iran, Suhrawardi, bahwa
alam semesta, bumi beserta isinya merupakan suatu pancaran dari cahaya Tuhan.
Pikiran, atau persaan, atau apalah anda menyebutnya, jika
kita sadari dan rasakan maka terdiri dari suatu dialektika tertentu. Pikiran kita
tak pernah berhenti. Ia terus bergerak dan berjalan. Hanya saja, kita manusia,
kadang tidak mau menyadarinya. Demikian halnya dengan tubuh fisik manusia,
sudah pasti terus bergerak tumbuh berkembang, mulai dari yang kelihatan besar
ataupun sel-sel terkecilnya.
Maka jika kita bisa menyadari, seluruh pergerakan,
pertumbuhan, perkembangan pada tubuh, jiwa dan pikiran kita hanya bagian yang
sangat kecil dari sebuah ledakan besar di seluruh jagad raya yang maha luas.
Maka tepatlah manusia disebut sebagai semesta kecil atau mikro kosmos. []
0 komentar:
Posting Komentar