Selasa, 05 Mei 2015

Teknisi PLN dan Teh Botol


Pagi, pukul 06.30, saya baru tiba dari begadang kerja semalaman mengedit tulisan sebagai penghasilan tambahan seorang seperti saya yang bekerja freelance serabutan. Dua teman satu kontrakan baru saja meluncur berangkat kerja. Setengah jam kemudian lampu padam. Pulsa listrik habis. Nol.

Ini pertama kali saya berusan dengan pulsa listrik. Baru dua hari pindah kontrakan. Di kontrakan sebelum-sebelumnya pakai meteran lama selalu. Saya tahu harus segera beli pulsa. Tapi karena mengantuk berat, lagi pula tak ada sepeser pun uang di kantong, maka saya putuskan untuk tidur dulu.

Siangnya pukul 13.00 saya bangun. Listrik masih mati. Saya ingat teman saya, yang telah berada di tempat kerja, menjual pulsa. Maka saya hubungi dia untuk mengisi via sambungan elektrik.

Satu jam menunggu belum juga lampu menyala. Tombol skring berulang-ulang saya gerakkan. On off on off. Masih juga padam. Hasilnya malah tambah fatal, saya menjumpai lampu temper kuning menyala kedip-kedip. Di layar tertera tulisan PERIKSA.

Dengan daya yang tersisa di gawai, saya mencari tahu apa yang terjadi via google. Ternyata solusinya tak ada lain kecuali menghubungi petugas/teknisi PLN.

Saya tak sempat untuk menelpon karena kerjaan mengedit sudah menunggu di tempat lain. Akhirnya kamar kontrakan saya tinggalkan sampai malam berganti pagi. Semalaman dua teman saya tidur dalam kegelapan.

Paginya saya pulang. Kamar mandi diterangi lilin. Saya minta teman saya mengisi pulsa gawai saya agar bisa menghubungi petugas/teknisi PLN. Tapi gawai teman saya mati karena sehari semalam tak mendapat asupan listrik. Ia pun berjanji akan mentransfer pulsa sesampainya di kantor setelah mengisi daya baterai gawainya.

Saya langsung putar akal. Dalam benak saya, petugas/teknisi PLN akan segera datang. Meski servis ini harusnya gratis, biasanya teknisi akan minta uang tip. Gaji belum turun. Di kantong saya hanya ada recehan koin Rp.100 dan Rp.500. Tak mungkin kan itu saya berikan untuk tip.

Hal pertama yang saya lakukan adalah tidak mandi. Hal ini karena badan sudah terlanjur lemas dan lapar. Saya buru-buru menuju warung Ibu Romlah. Kemudian menghubungi teman untuk pinjam uang, jaga-jaga teknisi PLN minta tip.

Seorang teman bersedia memberi pinjaman Rp.50.000. Dia juga belum pernah berurusan dengan listrik token. Pengalamannya hanya ancaman dicabut petugas teknisi karena telat bayar pada listrik dengan meteran biasa (yang versi lama).

Dia bilang, kalau petugasnya baik, dia nggak akan minta tip.

“Tapi gua cari-cari dan baca di internet banyak yang mengeluh karena teknisi minta tip melulu. Kira-kira kasih berapa ya coy?”

“Kasih aja Rp.20.000, bilang ini buat beli rokok bang. Dan jangan lupa, kasih dia teh botol. Sediakan teh botol.”

TEH BOTOL.. Ya, TEH BOTOL dan TEKNISI PLN. Sepertinya itu sangat akrab sekali. Saya tidak tahu betul apa kaitan dan sebab musababnya. Kenapa tidak minuman jenis lain, misal kopi, teh tubruk, sirup atau air putih?

Setelah mendapat pinjaman uang Rp.50.000 saya pulang. Lalu menelpon 021123 dan diterima oleh suara perempuan. Setelah memberikan alamat dan detail patokan lokasi, saya diberi semacam nomor aduan. Saya catat. Jika nanti petugas lama tidak datang-datang juga, saya bisa komplain dengan menyertakan nomor tersebut. Di akhir pembicaraan, dia memperingatkan, dalam rangka menegakan budaya bersih, dilarang memberi tip dalam bentuk apapun kepada petugas teknisi yang datang.

Saya catat betul kalimat terakhir itu di otak saya. Saya bisa gugat PLN jika ternyata petugas yang datang meminta bayaran. Tapi saya mempertimbangkan basa-basi ramah tamah khas Indonesia dengan menyiapkan teh botol untuk sang teknisi, yang notabene punya kuasa lebih daripada saya dalam dunia kelistrikan. Ah, ramah tamah memang kadang jadi biang pemicu korupsi.

Sepuluh menit kemudian, gawai saya berbunyi. Sebuah nomor kantor. Suara perempuan kembali menyapa. Dia bilang dari PLN Ciputat. Dia akan membantu masalah saya via sambungan telepon.

Dia minta saya menjalankan intruksinya. Menuju meteran, memencet nomor kode pembukanya, dan listrik saya menyala. Tanpa tip, tanpa teh botol. Ternyata tak seperti yang saya bayangkan, harus kasih teh botol seperti petugas teknisi PLN dulu pada meteran biasa.

Maaf saya telah berburuk sangka, PLN. Melalui tulisan ini saya akan mengungkapkan rasa cinta yang paling sederhana. Seperti seorang penumpang yang menunjukkan arah turun kepada penumpang lain yang kebingungan tanpa sempat saling kenal. Saya ucapkan TERIMAKASIH banyak kepada PLN dan petugasnya yang bekerja profesional.

Mari budayakan Hidup dan Kerja Bersih tanpa Korupsi dan Gratifikasi!!!

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html