Pagi, pukul 06.30, saya baru tiba dari begadang kerja
semalaman mengedit tulisan sebagai penghasilan tambahan seorang seperti saya yang
bekerja freelance serabutan. Dua teman satu kontrakan baru saja meluncur
berangkat kerja. Setengah jam kemudian lampu padam. Pulsa listrik habis. Nol.
Ini pertama kali saya berusan dengan pulsa listrik. Baru dua
hari pindah kontrakan. Di kontrakan sebelum-sebelumnya pakai meteran lama
selalu. Saya tahu harus segera beli pulsa. Tapi karena mengantuk berat, lagi
pula tak ada sepeser pun uang di kantong, maka saya putuskan untuk tidur dulu.
Siangnya pukul 13.00 saya bangun. Listrik masih mati. Saya
ingat teman saya, yang telah berada di tempat kerja, menjual pulsa. Maka saya
hubungi dia untuk mengisi via sambungan elektrik.
Satu jam menunggu belum juga lampu menyala. Tombol skring
berulang-ulang saya gerakkan. On off on off. Masih juga padam. Hasilnya malah
tambah fatal, saya menjumpai lampu temper kuning menyala kedip-kedip. Di layar
tertera tulisan PERIKSA.
Dengan daya yang tersisa di gawai, saya mencari tahu apa
yang terjadi via google. Ternyata solusinya tak ada lain kecuali menghubungi
petugas/teknisi PLN.
Saya tak sempat untuk menelpon karena kerjaan mengedit sudah
menunggu di tempat lain. Akhirnya kamar kontrakan saya tinggalkan sampai malam
berganti pagi. Semalaman dua teman saya tidur dalam kegelapan.
Paginya saya pulang. Kamar mandi diterangi lilin. Saya minta teman saya mengisi pulsa gawai saya agar bisa menghubungi petugas/teknisi PLN. Tapi gawai teman saya mati karena sehari semalam tak mendapat asupan listrik. Ia pun berjanji akan mentransfer pulsa sesampainya di kantor setelah mengisi daya baterai gawainya.
Saya langsung putar akal. Dalam benak saya, petugas/teknisi PLN akan segera datang. Meski servis ini harusnya gratis, biasanya teknisi akan minta uang tip. Gaji belum turun. Di kantong saya hanya ada recehan koin Rp.100 dan Rp.500. Tak mungkin kan itu saya berikan untuk tip.
Hal pertama yang saya lakukan adalah tidak mandi. Hal ini
karena badan sudah terlanjur lemas dan lapar. Saya buru-buru menuju warung Ibu
Romlah. Kemudian menghubungi teman untuk pinjam uang, jaga-jaga teknisi PLN
minta tip.
Seorang teman bersedia memberi pinjaman Rp.50.000. Dia juga
belum pernah berurusan dengan listrik token. Pengalamannya hanya ancaman
dicabut petugas teknisi karena telat bayar pada listrik dengan meteran biasa (yang
versi lama).
Dia bilang, kalau petugasnya baik, dia nggak akan minta tip.
“Tapi gua cari-cari dan baca di internet banyak yang
mengeluh karena teknisi minta tip melulu. Kira-kira kasih berapa ya coy?”
“Kasih aja Rp.20.000, bilang ini buat beli rokok bang. Dan jangan
lupa, kasih dia teh botol. Sediakan teh botol.”
TEH BOTOL.. Ya, TEH BOTOL dan TEKNISI PLN. Sepertinya itu
sangat akrab sekali. Saya tidak tahu betul apa kaitan dan sebab musababnya. Kenapa
tidak minuman jenis lain, misal kopi, teh tubruk, sirup atau air putih?
Setelah mendapat pinjaman uang Rp.50.000 saya pulang. Lalu
menelpon 021123 dan diterima oleh suara perempuan. Setelah memberikan alamat
dan detail patokan lokasi, saya diberi semacam nomor aduan. Saya catat. Jika nanti
petugas lama tidak datang-datang juga, saya bisa komplain dengan menyertakan nomor
tersebut. Di akhir pembicaraan, dia memperingatkan, dalam rangka menegakan
budaya bersih, dilarang memberi tip dalam bentuk apapun kepada petugas teknisi
yang datang.
Saya catat betul kalimat terakhir itu di otak saya. Saya bisa
gugat PLN jika ternyata petugas yang datang meminta bayaran. Tapi saya
mempertimbangkan basa-basi ramah tamah khas Indonesia dengan menyiapkan teh
botol untuk sang teknisi, yang notabene punya kuasa lebih daripada saya dalam
dunia kelistrikan. Ah, ramah tamah memang
kadang jadi biang pemicu korupsi.
Sepuluh menit kemudian, gawai saya berbunyi. Sebuah nomor
kantor. Suara perempuan kembali menyapa. Dia bilang dari PLN Ciputat. Dia akan
membantu masalah saya via sambungan telepon.
Dia minta saya menjalankan intruksinya. Menuju meteran,
memencet nomor kode pembukanya, dan listrik saya menyala. Tanpa tip, tanpa teh
botol. Ternyata tak seperti yang saya bayangkan, harus kasih teh botol seperti
petugas teknisi PLN dulu pada meteran biasa.
Maaf saya telah berburuk sangka, PLN. Melalui tulisan ini
saya akan mengungkapkan rasa cinta yang paling sederhana. Seperti seorang
penumpang yang menunjukkan arah turun kepada penumpang lain yang kebingungan
tanpa sempat saling kenal. Saya ucapkan TERIMAKASIH banyak kepada PLN dan
petugasnya yang bekerja profesional.
Mari budayakan Hidup dan Kerja Bersih tanpa Korupsi dan
Gratifikasi!!!
0 komentar:
Posting Komentar