Tak perlu saya tunjukkan di mana letak kamar mandi. Kotrakan saya tiga petak memanjang. Sudah umum toilet plus kamar mandi berada di belakang. Ia meluncur ke sana.
Beberapa menit kemudian, ia kembali ke ruang depan. Semestinya lega sesiap buang hajat. Tapi ini malah sebaliknya. Ia merengut.
"Kamu masih suka naruh pakaian di gantungan baju di kamar mandi ya?"
"Kadang-kadang," jawab saya.
"Itu di kamar mandi ada baju kamu."
"Itu baru tadi, abis mandi. Buru-buru, belum sempet mindahin ke tempat baju kotor."
"Pokoknya nggak mau tahu, ambil dan taruh di tempat baju kotor. Aku nggak mau punya calon suami jorok."
"Iya benar kan, calon suami kamu bukan jorok, tapi Bowo."
"Bodo! Pokoknya kalau kamu masih naruh pakaian kotor lagi di gantungan kamar mandi, kita putus," ancamnya. Menurutnya, menggantung baju di gantungan kamar mandi itu merusak kulit. Saya pun nurut karena tak mau dipanggil jorok.
Saya punya teman. Sebut panggilannya Abah, walaupun dia bukan ayah saya. Dia adalah teman yang sampai sekarang setengah bangun dan setengah tidur. Waktu ketika saya berdiam di kamar kost-nya, saya gerah dan langsung membuka sweater. Kamarnya berantakan oleh buku. Gantungan baju di belakang pintu penuh. Lagi pula butuh beberapa langkah dari tempat saya duduk untuk mencantolkan sweater saya di gantungan belakang pintu yang terhalang lemari besar penuh buku. Kebetulan tepat di atas kepala ada paku, tempat memajang kalender. Abah menyebutnya almanak.
Saya cantolkan begitu saja sweater di paku almanak itu. Abah tidak tahu karena dia lagi di kamar mandi.
Sekembalinya ke kamar, dia duduk dan langsung bicara, "orang-orang itu selalu suka menggantung baju di almanak ya. Bapak saya juga begitu."
Saya tahu itu menyinggung saya. Tapi saya abaikan karena tidak diancam putus pertemanan gara-gara perbuatan yang tidak menyenangkan ini. Dan yang lebih penting saya disamakan dengan Bapaknya meskipun saya memanggil teman yang satu ini dengan sebutan Abah.
Teman saya lagi namanya Hafidz. Ada yang memanggil Apis, Hapis, Kapid dan lain-lain. Sebagian menyebut dia sebangsa Gus atau Agus alias Ajengan atau Lora.
Soal gantung menggantung baju ini, ia punya kesebalan tersendiri. Apis, Hapis, Kapid dan lain-lain selalu kompain dan merasa risih terhadap jaket, jas, sweater atau kemeja orang yang ditanggalkan di kursi.
Demikian. Di manakah Anda suka menggantung baju?
0 komentar:
Posting Komentar