Dari tahun 1940-an (part 1) kita melaju lebih jauh ke belakang. Museum Negeri Banten, berlokasi di Jl. Brigjen KH Samun No.5, Serang. Pemerintah Hindia-Belanda membangunnya pada 1880-an sebagai pusat Keresidenan Banten. Pada masa Gubernur Ratu Atut Chosiyah (2005-2014), gedung ini menjadi kantor pemerintahan provinsi. Setelah seluruh aktivitas pemprov pindah ke Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di Jl. Syech Nawawi Al-Bantani, kompleks bangunan ini kosong. Rano Karno, gubernur Banten (2014-2017) yang menggantikan Ratu Atut, mengalih fungsingkannya sebagai museum, tepatnya pada 29 Oktober 2015.
Berkeliling komplek kawasan museum, kita akan mendapati area
luas dan penuh pepohonan.
Banyak gedung-gedung tua lain masih berdiri. Beberapa
dibiarkan kosong kurang terawat, ada yang dimanfaatkan sebagai galeri seni
serta kantor DPD RI, dan kantor Dewan Kerajinan Nasional Provinsi Banten.
Bekas penjara era Hindia-Belanda juga tampak kokoh. Sebelumnya, terpancang tiang gantungan (hukum gantung) di halaman depan, namun sekarang sudah tidak ada.
Masuk ke museum, ruang pameran bertajuk “Siapa Orang Banten” menyambut pengunjung. Sosok hologram Nong Banten berkebaya menerangkan ragam suku, budaya, agama, etnis, profesi hingga serba-serbi masyarakat Banten. Tinggal pencet-pencet saja, dia akan menjelaskan semua.
Keluar ruang “Siapa Orang Banten”, masih di bagian depan, tersedia Virtual Reality yang mengantar kita area Kota Lama Banten. Cukup pakai kacamata khusus, kita akan meluncur ke sana. Semua itu merupakan adaptasi pihak museum terhadap perkembangan teknologi.
Bekas penjara era kolonial Belanda di area Museum Negeri Banten |
Masuk ke museum, ruang pameran bertajuk “Siapa Orang Banten” menyambut pengunjung. Sosok hologram Nong Banten berkebaya menerangkan ragam suku, budaya, agama, etnis, profesi hingga serba-serbi masyarakat Banten. Tinggal pencet-pencet saja, dia akan menjelaskan semua.
Keluar ruang “Siapa Orang Banten”, masih di bagian depan, tersedia Virtual Reality yang mengantar kita area Kota Lama Banten. Cukup pakai kacamata khusus, kita akan meluncur ke sana. Semua itu merupakan adaptasi pihak museum terhadap perkembangan teknologi.
Selanjutnya ada Golok Ciomas Banten. Ini bukan sembarang golok. Bikinnya ribet. Mesti puasa 40 hari. Besinya juga gak sembarangan. Ada jin yang memilihkannya. Setelah jadi, jin tersebut lalu bersemayam di golok. Karena itu, golok ini harus dimandikan dengan ritual khusus.
Kemudian berjajar empat buah tegel/ubin dari jenis yang berbeda. Ada yang terbuat dari tanah liat dan ada yang dari batu. Tegel/ubin menjadi indikator penting yang memperlihatkan status sosial golongan elit. Sebab, tidak semua rumah memilikinya.
Yang vital dalam pembangunan fondasi dan benteng istana adalah karang atau yang disebut organisme aquatik. Jika mengunjungi situs-situs cagar budaya keraton di Banten, misal Keraton Kaibon atau Keraton Surosowan, kita akan menemukan karang yang masih kokoh menempel dan memperkuat benteng dan bangunan yang ada. Karang yang adaptif terhadap air, dibentuk sebagai balok dengan ukuran tertentu atau bongkahan tanpa ukuran dan disusun menjadi dinding. Selain itu juga orang-orang masa itu menggunakan karan untuk fondasi bangunan, dinding sumur, penyangga tiang, panel penghias bangunan dan dilebur sebagai kapur untuk bahan campuran perekat yang disebut dengan istilah lepa.
Memandang sekeliling dinding aula, terpajang foto-foto
berukuran sedang memperlihatkan bangunan dan benda bersejarah. Misalnya lukisan
sosok Duta Besar Kesultanan Banten untuk Kerajaan Inggris, Excellency Kiai
Nebbe Aria Wirapraja, foto gedung Bank Banten tahun 1958, foto situs-situs
keraton di Banten dan banyak lagi.
Oiya jangan lupa, ada fosil badak yang gede banget. Terus mesin cetak uang beserta uang-uang jaman dulu. Banyak deh ilmu dan pengetahuan yang bisa kita dapat di sana. Keren dan nggak nyesel. Mantab pokoknya.
Oiya jangan lupa, ada fosil badak yang gede banget. Terus mesin cetak uang beserta uang-uang jaman dulu. Banyak deh ilmu dan pengetahuan yang bisa kita dapat di sana. Keren dan nggak nyesel. Mantab pokoknya.
Itulah sekilas dari saya saat ke Museum Negeri Banten. Buat
yang belum pernah ke sini, siapkan jadwal, luangkan waktu.
Bangsa kita adalah bangsa besar. Kita punya sejarah panjang. Jangan abai. Jangan kira kita adalah masyarakat pertama yang memiliki dan mendiami tanah Nusantara. Jauh sebelum kita, ada peradaban, kejayaan, suka cita, tangis perjuangan hingga kemajuan teknologi yang sebenarnya masih sangat relevan bila lestari hingga sekarang.
Bangsa kita adalah bangsa besar. Kita punya sejarah panjang. Jangan abai. Jangan kira kita adalah masyarakat pertama yang memiliki dan mendiami tanah Nusantara. Jauh sebelum kita, ada peradaban, kejayaan, suka cita, tangis perjuangan hingga kemajuan teknologi yang sebenarnya masih sangat relevan bila lestari hingga sekarang.
Sebagai mahluk yang berbahasa, kita tidak hanya berkomunikasi
dengan orang-orang yang hidup satu masa. Melalui peninggalan-peninggalan yang
masih terjaga, ada kata, kalimat, serta pesan-pesan penting yang ingin
disampaikan oleh para pendahulu kita. Mereka bicara.
Postingan berikutnya, kita akan meluncur lebih jauh lagi ke kawasan Banten Lama.
Mari kunjungi, lindungi, dan lestarikan cagar budaya Indonesia.
Postingan berikutnya, kita akan meluncur lebih jauh lagi ke kawasan Banten Lama.
Mari kunjungi, lindungi, dan lestarikan cagar budaya Indonesia.
@cagarbudayadanmuseum "Pesona Cagar Budaya Indonesia"
Hari Museum Indonesia, Banten, 12 Oktober 2018
0 komentar:
Posting Komentar