Rabu, 24 Oktober 2018

Meluncur ke Banten Lama part 4: Rumah Dunia



Rumahku Rumah Dunia, Kubangun dengan Kata-kata.

Masih di masa kini. Dari sukaria membatik, kami melaju ke suka cita menulis. Di sebuah rumah dan dunia yang dibangun dengan cita-cita mulia.

Tanah masih basah. Hujan baru selesai saat kami tiba di halaman Rumah Dunia, di kampung Ciloang, Sumurpecung, Serang, Banten, Sabtu (13/10/2018). Sekilas saya merasa seperti berada di lokasi sebuah pesantren. Ya, mungkin ini memang pesantren literasi di Indonesia. Banyak bangunan berdiri di lahan seluas 3000 m2 ini. Ada yang serupa saung, pondok atau asrama, ada pula lapangan serta taman bermain. Tapi di antara semua bangunan itu ada dua yang langsung menyulut perhatian. Pertama, gedung yang atapnya berbentuk trapesium, bernama auditorium Surosowan. Tinggi fondasi sekirar setengah meter. Di bagian tangga depan terpasang tulisan “Rumah Dunia”.

Tulisan serupa juga menempel di sisi kiri gedung dekat sebuah ruangan sejenis kantor, dengan kalimat dan keterangan tambahan. Siapa membacanya akan langsung teringat sosok penggagas kompleks ini. Rumahku Rumah Dunia, Kubangun dengan Kata-kata (Gol A Gong Prasasti 1996-2001).

Kedua, perpustakaan. Sepertinya bangunan ini juga jadi ruang belajar anak-anak. Atap segitiga memayungi teras yang sekaligus jalan masuk. Dua buah mesin ketik bekas tergantung menghiasi sisi kanan dan kiri, di tengahnya tergantung papan putih. Lagi-lagi bertuliskan “Rumah Dunia. Rumahku Rumah Dunia Kubangun Dengan Kata-kata”.

Tiga meter depan perpustakaan, dua buah tong berlukis warna-warni tegak di atas panggung kecil setinggi 30 cm, menyambung tempat duduk penonton yang melingkar. Di antara perpustakaan dan auditorium, ada saung dengan empat tiang penyangga atap. Luas lantainya sekira 10x5 m.

Kedatangan kami, teman-teman blogger dan tim @cagarbudayadanmuseum dari Kemdikbud RI, disambut adik-adik yang belajar dan bermain di sana. Ramon Y Tungka, aktor dan treveller yang turut dalam rombongan, langsung mengajak mereka bermain serta memberikan pengetahuan seputar dunia akting.

Sesudah itu, Ramon juga mengisi sesi khusus ngobrol santai di Auditorium Surosowan Rumah Dunia. Pembahasannya seputar “Travel Foto”. Obrolan bersama Ramon Y Tungka ini akan saya ulas di artikel berikutnya.

Rumah Dunia Masuk Peta

Malam hari, kami bercengkrama dalam Panggung Kampung Rumah Dunia. Anak-anak, komunitas lokal, dan relawan Rumah Dunia menyuguhkan aneka hiburan dari bernyanyi, teater, dan lain-lain. Hadir pula Tias Tatanka, istri Gol A Gong.

Pada kesempatan ini, Tias menceritakan kisahnya dan Gol A Gong mendirikan Rumah Dunia pada 2002, bersama Toto ST Radik dan (alm) Rys Revolta Maulana Wahid Fauzi, dan Andi ST Trisnahadi. Dua orang tersebut dan Gol A Gong adalah tiga sekawan. Sejak bujangan, mereka keliling ke sekolah-sekolah mengajarkan jurnalisme.

Ketika menikah, Gol A Gong mengungkapkan keinginan pada istrinya. “Mau nggak nanti membuat tempat yang ketika orang datang ke situ belajar tentang sesuatu yang bermanfaat?”

Tias setuju. Keduanya sama-sama sepakat mendirikan perpustakaan. Hanya saja, gambaran perpustakaan di kepala masing-masing berbeda. “Saya ingin perpustakaan yang modern, megah, computerize, banyak buku. Ada corner anak-anak, buku impor, anak-anak boleh berkreasi apapun. Saya ingin bangun gedung dulu, nanti baru kita isi,” kata Tias.

Namun Gol A Gong malah membangun saung. Katanya, biar anak-anak datang ke sini. Ia juga bilang ke Tias, kalau membangun perpustakaan yang canggih, computerize, sementara tempatnya di tengah kampung yang belum melek literasi, nggak ada yang akan masuk.

“Ketika kami punya rejeki membeli tanah, (belum seluas sekarang) yang saat ini bangunan di bagian belakang komplek Rumah Dunia. Itulah semacam basecamp yang kami sebut Madrasah Kebudayaan. Sebuah tempat yang menggerakan literasi sebagai koor utama,” ungkap Tias.

Karena Gol A Gong masih bekerja di sebuah TV swasta di Jakarta, Tias sendiri yang mengurus saung, mengajar anak-anak yang datang untuk bermain, membaca dan sebagainya.

“Setiap sore, saya harus mengeluarkan buku di saung itu, nungguin anak-anak baca, sudah hampir magrib kukut lagi, balik lagi ke rumah, besok lagi seperti itu siang sampai sore. Terus begitu. Dan saya nggak bosan,” ungkap Tias.  “Saya bilang, saya capai. Nggak boleh, nggak boleh capai, kata Mas Gong.”

Tak hanya rutinitas itu, Tias juga diwajibkan menulis apa saja yang ia jalani sehari-hari. Satu tulisan per hari. Tiap Gol A Gong pulang dari Jakarta seminggu sekali, Tias harus setor tujuh cerita.

“Hari pertama apa? Hari kedua apa? Sampai hari ketujuh. Kadangkala kalau capai saya bohongin. Iya, kadang capai harus mendongeng ke anak-anak. Kalau capai saya tinggalkan, saya kasih tugas, boleh menggambar apapun. Lalu saya tinggal ke rumah, nonton tv dan sebagainya. Tapi saya tuliskan itu, hasil anak-anak menggambar adalah ini, ini, dan seterusnya.”

Ada misi di balik permintaan menulis ke Tias tersebut. Gong merangkum laporan harian kegiatan istrinya menjadi tulisan yang ia sebarkan via mailing list. “Waktu itu belum ada media sosial atau semacamnya. Yang saya tahu mailing list. Itu efeknya besar. Tempat kami ini masih sangat sepi sekali. Kalau malam, jalan masih gelap. Tapi mas Gong bilang, kita akan menempatkan tempat ini di peta.”

Rumah Dunia dan PRD

Sejak awal, Gol A Gong sudah punya semacam blueprint di kepalanya bahwa nanti akan ada Banten Membaca, Banten Menulis dan sebagainya. Dari kisah yang dirangkum dari cerita harian istrinya, Rumah Dunia terbaca di mana-mana. Saat itu diberi nama Pustakaloka Rumah Dunia disingkat PRD. Sebuah singkatan persis inisial sebuah partai, yang identik dengan ideologi kiri di masa awal reformasi. “Saya khawatir, jangan pakai nama itu. Nanti orang bilang kita di kiri,” ujar Tias.

Tapi justru itu malah menyedot perhatian. Dari kantor tempat kerjanya, Gong menyebar broadcast rangkuman cerita Tias tiap Senin. Lalu, berduyun-duyun feedback datang. “Ada yang tiba-tiba datang membawa karung. ‘Mbak ini alat tulis untuk hadiah anak-anak.’ Katanya. ‘Tahu dari mana?’ ‘Itu mas Gong yang bilang, mau ada acara lomba untuk anak-anak,” kisah Tias.

Kadang juga orang memberikan sesuatu tanpa bilang. “Ketika kami sedang pergi, tiba-tiba di belakang rumah sudah menggantung satu set alat tulis lengkap dengan crayon yang waktu itu masih mahal sekali, kami belum sanggup beli. Ada alamat emailnya, saya balas ucapan terimakasih. Saya juga tanya dari mana tahu PRD ini? Mas Gong yang bilang.”

Satu titik ke titik lain, dari mulut ke mulut, kabar keberadaan Rumah Dunia menyebar. Kunjungan pun berdatangan. Tak hanya bantuan materi, tapi juga ilmu dan tenaga. “Kami tidak sendiri, banyak teman datang. Saya tidak bisa teater, ada teman, saya minta untuk ajari anak-anak. Saya tidak bisa menggambar, ada yang bisa menggambar, saya minta untuk ajari anak-anak.”

Rumah Dunia Tanpa Pagar

Gol A Gong sengaja membiarkan kompleks Rumah Dunia tak berpagar. Tujuannya agar tak menghalangi jalan warga yang ingin ke sungai di belakang area tersebut. Di sana warga masih suka mencuci. Selain itu, ada rumah warga yang berbatasan Rumah Dunia. “Jadi biarkan mereka ikut menikmati kegiatan yang ada di rumah dunia. Lapangan juga sering dipakai hajatan warga sebagai kontribusi dari Rumah Dunia.”

Dalam aktivitasnya Tias dan Gol A Gong dibantu para relawan yang direkrut per angkatan. Saat ini ada tujuh orang yang tinggal. “Bersama merekalah kami menggerakkan Rumah Dunia sampai seperti ini. Kami (Tias dan Gol A Gong) hanyalah meletikkan api untuk menggerakan mesin, teman-teman inilah yang membantu kami bergerak berkegiatan. Rumah Dunia sampai sebesar ini, sampai dikunjungi teman-teman dari berbagai daerah, itu juga karena mereka,” paparnya.

Para relawan umumnya mahasiswa yang kuliah dengan biaya sendiri. “Untuk studi dan lain-lain di luar kegiatan Rumah Dunia, mereka pakai biaya sendiri dari hasil menulis. Karena relawan di Rumah Dunia ini biasanya direkrut dari hasil kelas menulis 10 Dunia. Sekarang angkatan 32.”

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html