MS Wibowo-Pendekatan disingkat PDKT, adalah sebuah tahapan awal yang lumrah dijalani seseorang sebelum mengungkapkan cinta pada pujaan hatinya. Berbagai macam cara bahkan teori PDKT banyak berkeliaran. Umumnya hal ini dilakukan oleh seorang pria terhadap wanita.
Hal ini dilakukan pula oleh Supriadi atau akrab disapa Dodoy. Ia tengah kasmaran dengan seorang wanita yang ia ketahui nama dan suaranya melalui temanya, Wildan. Wanita inceran Dodoy ini adalah seorang qori’ah atau wanita yang mahir mengumandangkan ayat-ayat Qur’an dengan nada-nada indah. Ia telah meraih segudang prestasi dalam Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) baik tingkat daerah maupun nasional.
Suatu hari, di kampung Wildan ada sebuah hajatan besar. Wildan terhitung sebagai salah-seorang panitia. Karena Wildan dan Qoriah tadi adalah mahasiswa di satu kampus, yakni UIN Jakarta, maka ia ditugaskan untuk menjemput Qoriah tersebut dari Ciputat ke kampungnya.
Sampai di Ciputat, Wildan masih punya waktu luang. Ia pun menyempatkan diri mampir di kamar kost Dodoy. Dodoy pun menanyakan perihal kedatangan Wildan di Ciputat. Pasalnya, itu adalah hari minggu. Tak mungkin ia ada kuliah di hari libur.
Terungkaplah bahwa Wildan hendak menjemput seorang Qoriah itu. Dodoy pun memaksa meminta nomor mahasiswi pelantun kalam ilahi itu. Tapi Wildan tak mengizinkannya. Dodoy pantang menyerah. Ia ajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai keberatan Wildan memberitahu nomor wanita itu.
“Ayolah Dan, lagian nggak mungkin gue macem-macem ma dia. Lo tahu gue kan,” harap Dodoy.
Dengan sedikit terpaksa Wildan memberikan nomor tersebut. Tentu dengan syarat agar Dodoy tak menyalahgunakannya. Selain itu, kedekatannya dengan Dodoy karena satu alumni di salah-satu Pondok Modern terbesar di Indonesia, membuat Wildan yaqin bahwa temannya tak akan menyalahgunakan nomor tersebut.
PDKT pun berlanjut. Tak disangka ternyata sang qori’ah enak juga diajak ngobrol lewat telepon. Beberapakali Dodoy rela merogoh kocek untuk membeli pulsa demi wanita dambaannya itu.
Diantara percakapan yang sempat terekam oleh memory kawan-kawannya di kamar kost, ialah saat mereka berdua bertelepon ria membincang masalah qira’at. Meski hanya terdengar suara dan kata-kata Dodoy, tapi dua kawan yang kebetulan lewat di samping Dodoy terpingkal-pingkal mendengarkannya. Berikut potongan percakapan mereka:
Qori’ah (menurut perkiraan) : Kak Dodoy bisa Qiraat juga nggak?”
Dodoy : Nggak.
Qori’ah (menurut perkiraan) : Lho, katanya alumni pesantren, kok nggak bisa Qira’at? Memang nggak ada pengajaran Qira’at di pesantren kakak?
Dodoy : Ada sih. Tapi di sana tuh, pengajaran qira’at itu, waktunya sehabis shalat magrib.
Qori’ah (menurut perkiraan) : Lah memang kenapa kalau ba’da magrib?
Dodoy : Begini, di pondokku habis magrib itu jadwalnya makan malam, jadi kakak nggak konsentrasi belajar qira’at. Makanya sampai sekarang nggak bisa.
0 komentar:
Posting Komentar