By MS Wibowo
Baginya, seni bukan hanya nafas, melainkan nyawa atau ruh dalam hayat. Ia telah mengabdikan hidupnya pada seni. Gitar, merupakan salah-satu sahabat paling setia dikala suka dan duka. Hingga kini, tak seharipun cemarinya terlewati tanpa belaian senar. Dari sentuhan mesranya, mengalun irama syahdu yang mampu meluluh-lantahkan gugusan hati manusia. “Seni itu suci, jangan menodainya dengan perbuatan dan prilaku kotor”, itulah pesan yang senantiasa ia sampaikan kepada murid-muridnya di setiap kesempatan.
Toto Budiono atau oleh para seniman sebayanya akrab dengan sebutan Toto AR. Lelaki supel dan luwes ini telah bergeleut dengan dunia seni sejak SD. Waktu itu, keterlibatannya pada sebuah acara tarik suara, membawanya lebih dalam ke ranah kedamaian dan keindahan ini. Adalah seorang guru seni SD-nya yang menyarankan Om Toto (begitu biasa ia dipanggil oleh para muridnya sekarang), agar memelajari alat musik, di samping vocal.
Bermodal gitar butut, diam-diam ia belajar gitar pada guru seninya tadi. Tiap pertemuan non formal itu,,Om Toto membawakan sebungkus rokok kretek kesukaan gurunya. Hasilnya sang guru mengajarkan tiga kord kunci, yakni A, G dan D. Tiga kunci gitar itu membawa Om Toto berani menyanyikan musik-musik dangdut yang lagi ngetrend saat itu, dalam tongkrongan anak-anak muda di kampungnya.
Perjuangan memang tak mudah. Ketika beranjak SMP, jejak awal romantisme Om Toto dengan gitar terganggu. Pasalnya, saat percumbuan dengan kekasih barunya itu berlangsung, senior-senior di kampung suka mengganggu dan menghardiknya. Jika sudah demikian, rumpun bambu belakang rumah adalah persembunyian aman untuk mengekspresikan diri dengan harmoni nada-nada.
Ketekunan dan kesetiannya pada gitar berbuah manis. Suatu ketika, manajemen (Alm) Nike Ardila mengadakan audisi gitaris pengiring tour Nike Ardila se-Indonesia. Dan kereta api jurusan Surabaya-Bandung-lah yang menjadi saksi bisu ketulusan cinta Om Toto pada seni musik.
Tiba di Bandung, ia harus mengahadapi pesaing / gitaris-gitaris handal dari segala penjuru tanah air. Usai audisi, ia pun segera angkat koper tanpa menunggu pengumuman terpilih. Dengan lepas, perasaan dan benaknya tak berharap muluk. Ia jadikan moment ini sebagai pengalaman dan kenangan yang akan hidup selama jantung berdetak.
Namun sebagaimana yang sering ia utarakan kepada sahabat dan murid-muridnya, dunia musik itu kadang bersifat mistis / penuh misteri. Apa yang akan terjadi, belum tentu bisa kita ramalkan. Satu minggu kemudian, rumahnya ditandangi surat dari Bandung. Isinya, ia terpilih sebagai gitaris pengiring Nike Ardila. Seiring itu, karirnya sebagai musisi pun terus menanjak. Dan kini, ia merupakan salah-satu gitaris terhandal di Indonesia. Tak sedikit musisi ternama yang selalu meminta masukan, wejangan dan sebagainya darinya. Walau ia lebih sering memilih kurang show up di media.
Di sisi lain, Om Toto juga aktif menjalin komunikasi dengan para seniman di Warung Apresiasi (Wapres), Bulungan, Blok-M Jakarta Selatan. Tak ketinggalan ia pun akrab dengan kalangan selebritis dan beberapa produser musik di Ibu Kota.
Sampai saat ini, jalur yang ia tempuh tak berubah, yakni seni musik. Selain mengajar hampir segala jenis alat musik dan olah vokal, baik di sekolah maupun privat untuk musisi-musisi junior dan pemula, tak jarang pula, permintaan less privat yang datang dari musisi yang sedang atau telah naik daun, Diantara muridnya yang kini belajar kepadanya adalah Apoy (Gitaris Wali Band), dan Rhaden (Vokalis @munizi Band).
Padatnya jadwal dan kegiatan itu tak menjadikan Om Toto angkat dagu. Ia tetap hidup bersahaja dan selalu ramah menerima siapa saja. Ia selalu siap menemani dan melakukan sharing pada semua orang. Setiap tamu yang sowan ke rumahnya di daerah Pondok Kranji, selalu ia terima dengan pintu terbuka.
Pengalaman dan ketulusan hati yang mendalam, dapat dirasakan setiap orang yang mendengarkan ucapannya. Di tepi lain, ia juga sosok yang humoris serta memunyai banyak cerita lucu, dari Sabang sampai Merauke yang dikumpulnya dari sahabat-sahabatnya dari berbagai penjuru tanah air pula. Anak-anak dari @munizi Band adalah mereka diantara yang sering melakukan share hingga menjelang subuh. Sepanjang sepi malam itu, cerita, wejangan, diskusi musik mewarnai kebersamaan. Tak jarang, Om Toto menyempatkan waktu bertandang ke kamp @munizi atau melihat anak-anak band itu latihan di studio.
Di usianya menjelang kepala empat, Ia telah dikaruniai dua sosok jagoan. Anak pertamanya tengah belajar di kelas IV SD. Sementara anak keduanya, masih berusia balita. Tapi bulan-bulan ini, Om Toto masih diliputi suasana duka. Karena kurang lebih dua bulan yang lalu, sang istri meninggalkannya di dunia. Istri yang begitu tabah mengarungi kerasnya hidup ini. Bahkan saking merasa kehilangan, Om Toto mengatakan telah kehilangan permata yang sangat berharga. Yang entah mungkin akan ia dapatkan lagi tidak dari perempuan manapun selain almarhumah istrinya. Semoga ia diterima di sisi Allah SWT, dengan sebaik-baik tempat dan diampuni segala dosa dan kesalahannya. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar