Special Post Theme "Cinta Monyet"
Di MTs, aku menyukai seorang siswi bernama Desiana. Perjumpaan kami terjadi saat MOS. Namun cintaku bertepuk sebelah tangan. Ia hanya menganggapku teman. Lagipula sainganku berat, yakni seorang Siswa Madrasah Aliah di lembaga dan kompleks sekolah yang sama. Aku harus mundur. Selain itu, faktor yang menghalangiku adalah pemisahan jam sekolah. Kelas I ada enam kelas, A-F. Kelas D-F adalah kelas dengan jam belajar siang, mulai pukul 13.30 hingga 17.45. Sedangkan aku, terpilih masuk di kelas unggulan I A, yang pasti masuk pagi. Halanganku bertambah karena sainganku yang juga baru masuk kelas I MA masuk di jam belajar siang hari. Terputuslah harapanku. Cintaku terkatung-katung. Tak ada seseorang yang nyantol di hatiku.
Di MTs ini, aku adalah seorang aktivis pramuka di MTs-ku. Pada libur kenaikan kelas III, aku bersama para anggota pramuka lain mengikuti lomba lintas alam dan halang rintang, yang diadakan oleh Saka Bayangkara. Gugus Depan MTs-ku Pasukannya, yang terbagi dalam lima kelompok. Aku menjadi Pinru dengan lima personel termasuk aku.
Dalam perjalanan lomba, kami tersesat di sebuah bulak panjang. Kami semua kebingungan. Tak ada yang membawa Hp waktu itu. Di situlah aku bertemu dengan seorang bernama Ari Kurnia Sari. Aku memerkenalkan diri padanya bukan dengan namaku sebenarnya. Waktu itu Cuma ingin gaya-gayaan. Kubilang padanya namaku Feri. Memang sih, dulu waktu MTs, kata teman-teman tampangku mirip Feri pembawa acara Tralala-Trilili bersama Agnes Monica kecil.
Beberapa panitia mengetahui ketersesatan kami. Kira-kira ada 10 regu yang tersesat bersamaku. Setelah mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar dan sesuai dengan rute, aku dan Ari terpisah. Apalagi habis ini, libur panjang menyambut. Sudahlah, aku hanya bisa berharap pada tuhan atas jalinan kasihku dengan Ari Kurnia Sari. Dan aku masih menyimpan betul wajah ayunya. Mirip Nia Paramitha waktu muda. Cakep kan??? Hahahah.
Libur panjang berakhir. Kelas III MTs ada perombakan kelas. Semua siswa-siswa bandel masuk karantina di kelas III F. Aku tetap di Kelas A, tempatnya siswa berprestasi dan berkelakuan baik. Di kelas inilah, aku kembali bertemu Desiana. Tapi cintaku sudah tak ada padanya. Meski aku masih mengakui dia cantik sekali. Saking cantiknya, sampai tak ada satupun artis Indonesia yang mirip dia. Aku dan Desiana berteman baik. Dia anak Lampung asli. Akupun juga gaul bersama teman-temannya.
Suatu hari ketika jam sekolah berakhir, aku berencana langsung pulang. Kutuntun sepeda Janky-ku keluar gerbang sekolah. Saat itulah, mataku terbelalak. Aku melihat Ari Kurnia Sari bersama Desiana dan kawan-kawan.
“Eh, itu Feri kan?” tanya Ari kepada Desi.
“Mana?” tanya balik Desi.
“Itu,” Ari Kurnia Sari menunjuk ke arahku.
“Bukan, itu Bowo teman kelasku,” jawab Desi mantap.
“Itu Feri. Aku kenalan sama dia waktu lomba kemarin,” kata Ari yakin.
“Yeee, dibilangin nggak percaya, itu Bowo. Aku sama dia sekelas.”
Akhirnya Desiana memanggilku. Aku menghampiri mereka.
“Kamu Feri kan?” tanya Ari.
“Bukan, aku Bowo,” jawabku mesam-mesem.
“Tapi kita pernah ketemu waktu lomba lintas alam itu kan?,” tanya Ari penasaran.
“Iya, kamu Ari Kurnia Sari kan?”
“Iyalah, huh dasar, namanya Bowo juga ngaku-ngaku Feri,” kata Ari dengan senyum.
“Hehehe, biar keren aja.”
Sejak hari itu, aku sering mendapat salam dari Ari yang ia titipkan lewat Desi and the genk. Kabar aku dan Ari pacaran pun menyebar ke dua sekolah, MTs dan SMPN, sekolahnya Ari.
Aku juga heran, kenapa gosip antara aku dan Ari berpacaran cepat menyebar luas. Padahal aku belum menyatakan cinta padanya. Cuma aku pernah mengutarakan ini pada Desi dan teman-teman. Begitupula Ari, Lewat Desi dkk, ia menyuruhku segera menembak hatinya.
Tapi beberapa minggu berlalu aku belum berani menyatakan cinta. Padahal aku mengalami perasaan yang amat berbeda dan sangat spesial terhadap Ari Kurnia Sari. Lagi-lagi entah kenapa, aku masih ragu. Benarkah cewek secantik Ari Kurnia Sari mau kepada cowok kecil, kurus dan legam sepertiku?? Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di benakku.
7 November 2000, saat aku ulang tahun, Ari memberiku sebuah kado pulpen dengan tinta wangi, yang beberapa saat kemudian pulpen semacam itu dilarang pemerintah. Pasalnya, ada beberapa oknum yang menyebarkan narkoba. Pulpen itu tetap aku simpan. Aku suka menciumnya, serasa mencium Ari Kurnia Sari, yang memang mirip dengan Nia Paramitha waktu muda. Saat itu aku jadi nge-fans sama Nia Paramitha.
Tekadku sudah bulat pada 3 Desember 2000. Aku telah siap menyambut cinta Ari dengan sebuah pernyataan yang kupikir matang-matang. Hari itu adalah hari ulang tahun Desiana. Semua teman-temannya diundang dalam pesta, termasuk aku dan Ari. Aku berfikir, inilah saat tepat untuk kuutarakan cintaku. Mungkin seusai pesta Desi, ya seusai pesta akan kuajak Ari ke tempat yang nyaman, lalu kutembak hatinya.
Aku datang membawa kado untuk Desi. Wajahku berbunga-bunga, meski aku agak telat datang ke pesta. Aku datang bersama saudara cowok sepupuku, yang juga termasuk Desi’s Genk.
Sampai di sana, pesta telah mulai, tapi belum tiup lilin. Saat kutatap wajahnya, Ari berpaling muka. Tampak sebuah kesedihan atau kebencian aku tak bisa membaca rautnya.
Tak lama, Lia mendekatiku. Dia adalah salah-satu cewek dalam genk Desi yang cukup dekat denganku.
“Ari penghianat Wo,” kata Lia lirih. Kulihat Desi memerhatikanku. Ari menuju ke belakang, seperti menangis. Lia sinis menatapnya.
“Kenapa? Ada apa ini? Tanyaku penasaran.
“Dia balikan lagi dengan Adi. Ari dan Adi itu sudah pacaran sejak kelas III SD. Mereka putus nyambung, putus nyambung. Dan kamu kemarin hanya menjadi tempat pelarian Ari. Dia sengaja menyebarkan gosip kalian sudah jadian, untuk manas-manasin Adi. Tapi ya sudahlah Wo, masih banyak cewek lain yang lebih baik dari dia,” Lia menutup pembicaraan. Pesta akan dilanjutkan dengan joget bersama..
Panitia mengundi antara cowok dan cewek untuk berdansa. Dan curangnya panitia sengaja mengatur agar aku dan Ari menjadi pasangan dansa. Ah, ini benar-benar menyebalkan.
Aku pulang dari pesta Ultah Desi dengan suasana hati kacau. “Ari, kenapa kau menipuku. Kenapa kalau memang hanya untuk bikin panas Adi, kamu dulu seperti sangatkan mengharapkan cintaku. Aku memang sejak awal cinta kamu. Tapi dulu tak ada keinginanku menjadi pacarmu. Aku hanya ingin bersahabat saja. Karena aku tahu siapa aku. Tapi harapanmu padaku yang begitu tinggi, membuatku ingin mendeklarasikan cinta kita. Dan ketika kudatang, kau ternyata pergi menipuku,” begitu hatiku berkata dulu. Ah... memang monyet dasar cinta, cinta monyet...
Sampai saat ini, belum ada luka yang sama dari yang kurasa pada Ari Kurnia Sari. Mungkin karena zodiak kami cocok. Aku scorpio, dia aquarius. Kini ia telah memiliki seorang anak dan menjadi Guru di MTs-ku. Sementara aku masih bergelut dengan bangku kuliah di UIN Jakarta. Kami sudah terpisah kurang lebih 10 tahun tanpa komunikasi... apakah dia masih ingat aku? aku tak tahu... ya sekarang berteman sajalah kalau ingat.. ya nggak
0 komentar:
Posting Komentar